Gerakan Dakwah
Makalah
Mata Kuliah : Sosiologi Dakwah
Dosen Pengampu: Suprihatiningsih,
S.Ag, M.Si
Disusun Oleh :
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2018
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memliki penduduk
mayoritas muslim terbesar di dunia. Di Indonesia sendiri, terdapat banyak
organisasi masa yang bergerak di dalam berbagai bidang. Tetapi banyak
organisasi masa di Indonesia yang begerak pada bidang keagamaan, terutama agama
Islam. Organisasi masa ini melakukan berbagai macam kegiatan untuk kepentingan
umat Islam, seperti berdakwah, dalam bidang pendidikan, bantuan sosial, dan
hal-hal yang positif lainnya.
Dari berbagai macam kegiatan yang di lakukan oleh organisasi
masa Islam tersebut, yang di utamakan adalah berdakwah. Untuk terus menyebarkan
kebenaran dan mengajak kepada amar ma’ruf nahyi munkar. Maka dari itu,
organisasi masa Islam ini dapat di sebut sebagai gerakan dakwah.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa nilai-nilai dasar dakwah?
2. Bagaimana ideologi gerakan
dakwah?
3. Apa model-model gerakan dakwah?
4. Bagaimana perbandingan gerakan
dakwah dengan gerakan keagamaan non Islam?
II
PEMBAHASAN MATERI
A.
Nilai-nilai Dasar Dakwah
Dakwah
merupakan kewajiban bagi setiap kaum muslimin (fardhu ‘ain). Setiap
muslim harus mengajak orang lain kepada kebeneran dan melakukan amar ma’ruf
nahyi munkar. Dakwah sendiri mempunyai nilai-nilai dasar yang harus di ketahui
setiap orang yang ingin berdakwah. Nilai-nilai dasar dakwah yaitu:
1. Kembali kepada syari’at
Untuk
memecahkan persoalan hidup sebagai orang perseorangan atau persoalan hidup,
hidup berumah tangga, bermasyarakat dan bersuku bangsa.
2. Fungsi hidup
Sebagaihamba Allah yang
berbagaijenis, bermacampolapendiriandankepercayaanyaknifungsisebagai :
“syuhada-a alannaas” menjadipelopordanpengawasbagiumatmanusia.
3.
Tujuan hidup
Tujuanhidup yang
hakikiyaituuntukmenyembah
Allah.Tetapibukandalamartimeninggalkankehidupanduniawi. Yang
dimaksudkanialahmenyembah Allah dalamartimemusatkanpenyembahankepada Allah
SubhanahuWaTa’alasemata-matadenganmenjalanidanmengatursegalasegidanaspekkehidupan
di duniaini, aspeklahirdanaspekbatin, sesuaikehendakilahi. (IdeologisasiGerakanDakwahEpisodKehidupan.
hal. 61)
B.
Ideologi Gerakan Dakwah
Di Indonesia, banyak organisasi
masa Islam atau gerakan dakwah yang terus berusaha untuk memajukan agama Islam.
Gerakan dakwah ini diantaranya adalah Muhammadiyah, Persatuan Islam, Nahdlatul
‘Ulama, Al-Irsyad, dan masih banyak
gerakan dakwah lainnya. Mayoritas gerakan dakwah di Indonesia berideologi Ahlus
sunnah wal jamaah, yaitu kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Muhammadiyah merupakan salah
satu organisasi masa islam tertua di Indonesia. Muhammadiyah lahir pada tanggal
18 Nopember 1912 di Yogyakarta, berkat seorang Mujadid bernama K. H. Ahmad
Dahlan. Kelahiran Muhammadiyah merupakan bagian dari daya kreatif ummat Islam
Indonesia. Oleh karena itu, sejarah perkembangan Muhammadiyah adalah dinamika
dan mekanisme hubungan daya kreatif intelek manusia muslim dan berbagai
persoalan hidupnya dengan norma ajaran Islam.
Berdasarkan hal tersebut, maka
dapatlah dipastikan bahwa dibalik kelahiran dan perkembangan Muhammadiyah
terdapat suatu kerangka berpikir yang rasional dan metodologis. Suatu kerangka
berpikir yang merupakan pola sikap dan tindakan para pendukung organisasi
tersebut.
Adapun landasan normatif
ideologi Muhammadiyah adalah Q.S. Ali-Imran:104 (Dan hendaklah ada diantara
kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh pada yang makruf
dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.).(K.
H. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah dalam prespektif perubahan sosial. hal. 9)
Muhammadiyah merupakan gerakan
reformasi. Gerakan reformasi merupakan upaya untuk memajukan masyarakat tanpa
banyak mengubah struktur dasarnya. Gerakan semacam ini biasanya muncul di
negara-negara demokratis, sebaliknya jarang terjadi di negara-negara yang tidak
membenarkan perbedaan pendapat. (Perilaku Kolektif dan Gerakan Sosial.
hal. 198)
C.
Model-Model Gerakan Dakwah
Secara garis besar prinsip
strategi keperjuangan Muhammadiyah terdiri dari beberapa konsep. Pertama,
pendalaman akidah bagi pimpinan dan anggota. Kedua, memperluas wawasan
pemahaman Islam. Ketiga, korektif dan musyawarah. Keempat,
pengembangan keterbukaan dan kemerdekaan berpikir secara rasional. Kelima,
dakwah Islam merupakan konsep umum pengembangan tata kehidupan Islam. Keenam,
politik dalam pengertiannya yang luas merupakan sub-sistem dari konsep dan
gerakan dakwah Islam. Oleh karena itu, Muhammadiyah bukan bagian dari suatu
golongan atau partai politik tertentu. Ketujuh, penerbitan administrasi
dan organisasi. Kedelapan, profesionalisasi dan spesialisasi sebagai
metode pembagian kerja dan tugas dalam gerakan dakwah. Kesembilan,
peningkatan mutu kehidupan sosial dan ekonomi anggota serta warga masyarakat
antara lain dilakukan peningkatan mutu amal-usaha Muhammadiyah dibidang sosial,
ekonomi, budaya, dan politik. Kesepuluh, Ukhuwah Islamiyah sebagai prinsip
hubungan kemasyarakatan. (Pemikiran K. H. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah
Dalam Perspektif Perubahan Sosial. Hal. 54)
Muhammadiyah pun berpartisipasi di dalam
berbagai bidang, diantaranya bidang agama, bidang pendidikan, dan bidang
kemasyarakatan.
1. Bidang agama
Dengan mengingat bahwa tugas
Muhammadiyah adalah memurnikan ajaran Islam dari pengaruh-pengaruh sinkretisme,
mistisisme, maka peranan Muhammadiyah dalam bidang agama sangat besar sekali.
Muhammadiyah menyadari benar bahwa kebanyakan umat Islam khususnya di awal
lahirnya gerakan ini belum mendalami benar nilai hakiki ajaran islam, apalagi
menjalankan ajaran agama itu dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi Muhammadiyah melakukan
perbuaan baik (amar makruf) tidak berarti lain kecuali percaya sepenuhnya
kepada keesaan Tuhan (Tauhid) dan menolak tindakan yang menyekutukan Tuhan
(Syirik).
2. Bidang pendidikan
a. Sistem pendidikan pesantren
1) Pondok
2) Masjid
3) Pengajaran kitab-kitab Islam
klasik
4) Santri
5) Kyai
b. Sistem pendidikan barat
Sistem pendidikan pesantren
lebih menekankan pada dimensi religius-spiritual, namun pendidikan Barat lebih
berfokus pada pengetahuan dan ketrampilan duniawi, yaitu pendidikan umum.
Dualisme sistem pendidikan
sebagaimana yang di jelaskan di atas bagi Muhammadiyah dipahami sebagai suatu
kondisi yang tidak menguntungkan. Dengan menyadari kondisi seperti itu maka
Muhammadiyah mengambil langkah-langkah dalam upaya mewujudkan cita-citanya,
yaitu lahirnya intelektual-ulama dan yang sekaligus ulama-intelektual. Untuk
maksud tersebut Muhammadiyah memulainya dari gagasan Ahmad Dahlan sendiri selaku tokoh pendiri Muhammadiyah.
3. Bidang kemasyarakatan
Perhatian pertama Muhammadiyah
terhadap bidang kemasyarakatan dimulai dengan menetapkan suatu lembaga yang
bernama Penolong Kesengsaraan Umat (PKU). Dalam rangka itu maka tugas Majelis
PKU, yaitu lembaga yang membantu Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam hal pelaksanaan
program sosial-kemasyarakatan adalah: penyelenggaraan amal-usaha serta tugas
pekerjaan persyarikatan dalam bidang kesejahteraan sebagai sarana dakwah.
Bidang garap Muhammadiyah dalam
program kemasyarakatan ini memang sangat luas meliputi: rumah sakit,
poliklinik, balai pengobatan, rumah bersalin, panti asuhan, panti jompo, BKIA,
pusat kesehatan, apotik, dan lain-lain.
Dengan partisipasi yang telah
dilaksanakannya itu Muhammadiyah membuktikan diri bahwa ia adalah gerakan
pembaharuan bermotto “amar ma’ruf nahi munkar” yang memiliki kecintaan yang
dalam terhadap masyarakat Indonesia secara menyeluruh. (Gerakan Pembaruan
Muhammadiyah. hal. 60-75)
D.
Perbandingan
Gerakan Dakwah dengan Gerakan Keagamaan Non Islam
Pergerakan dakwah islam dan non islam dapat dikatakan
sangat berbeda. Perbedaan yang dimilikipun cukup jauh. Dikatakan demikian
karena banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses dakwah yang
dijalankan oleh masing-masing agama. Contohnya agama kristen, dalam agama
kristen terdapat ideologi paganisme yang memiliki arti penyembahan terhadap
berhala sangat berbanding terbalik dengan agama Islam yang mengharamkan
penyembahan terhadap sesuatu selain Allah Ta’ala.
Gerakan keagamaan non-Islam ini banyak medapatkan
sokongan dana yangsangat besar dari perusahaan-perusahan berikut: Microsoft,
KFC, Coca-Cola, Nestle, dan berbagai perusahaan yang di bawah naungan
orang-orang non-Islam. Tidak hanya itu, namun dalam pergerakan keagamaan non-Islam
ini juga didukung kerjasama dengan radio, film, dan buku-buku pergerakan mereka.
Pada tahun 1886 buku “ The Crissis of Missions” yang ditulis oleh Pierson dalam
hanya 100 tahun terjemah-terjemah Alkitab bertambah dari 50 menjadi 250.
Badan-badan misi dari 7 menjadi 100 misionaris dari 170 menjadi 3000.
Kontribusi dari 250.000 dollar menjadi 10
juta dollar. Hal ini menggambarkan kepada kita bahwasanya gerakan
non-Islam maju dengan sangat pesat, sehingga pergerakan non-Islam semakin
bertambah dan kuat.
III
PENUTUP
Kesimpulan
Dakwah memiliki nilai-nilai
dasar yaitu kembali kepada syariat, fungsi hidup, dan tujuan hidup.
Gerakan dakwah di Indonesia
sangat banyak seperti Muhammadiyah, Nahdlatul ‘Ulama, Al-Irsyad, dan masih
banyak lagi. Gerakan-gerakan dakwah tersebut bermanhaj ahlussunnah wal
jama’ah. Kelahiran Muhammadiyah merupakan bagian dari daya kreatif ummat
Islam Indonesia. Oleh karena itu, sejarah perkembangan Muhammadiyah adalah
dinamika dan mekanisme hubungan daya kreatif intelek manusia muslim dan
berbagai persoalan hidupnya dengan norma ajaran Islam. Adapun landasan normatif
ideologi Muhammadiyah adalah Q.S. Ali-Imran:104 (Dan hendaklah ada diantara
kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh pada yang makruf
dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.).
Muhammadiyah pun berpartisipasi
di dalam berbagai bidang, diantaranya bidang agama, bidang pendidikan, dan
bidang kemasyarakatan.
Perbandingan gerakan dakwah dan
gerakan keagamaan non-Islam sangat lah mencolok, contohnya agama kristen, dalam agama kristen terdapat
ideologi paganisme yang memiliki arti penyembahan terhadap berhala sangat
berbanding terbalik dengan agama Islam yang mengharamkan penyembahan terhadap
sesuatu selain Allah Ta’ala. Pergerakan keagamaan non-Islam banyak mendapat
sokongan dana dari perusahaan-perusahaan yang berada di bawah naungan mereka,
berbeda dengan gerakan dakwah, yang pergerakannya di persulit.