29 March 2017

KONSEP KONSEP KEBUDAYAAN

KONSEP-KONSEP KEBUDAYAAN

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Antropologi
Dosen Pengampu Dra. Hj. Misbah Zulfah Elizabeth

Disusun oleh :

Ahmad Nur Rosyid                            (1401026100)




FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2015




BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Kita sudah mempelajari bahwa manusia dengan kemampuan akal atau budinya, telah mengembangkan berbagai macam sistem tindakan demi keperluan hidupnya, sehingga ia menjadi makhluk yang paling berkuasa di muka bumi ini. Namun demikian, berbagai macam sistem tindakan tadi harus dibiasakan olehnya dengan belajar sejak ia lahir selama seluruh jangka waktu hidupnya, sampai saat ia mati. Hal itu karena kemampuan untuk melaksanakan semua sistem tindakan itu tidak terkandung dalam gen-nya, jadi tidak dibawa olehnya bersama lahirnya.
Dalam ilmu antropologi, yang telah menjadikan berbagai cara hidup manusia dengan berbagai macam sistem tindakan tadi sebagai obyek penelitian dan analisanya, aspek belajar itu merupakan aspek yang sangat penting. Itulah sebabnya dalam hal memberi pembatasan terhadap konsep “kebudayaan” atau Culture itu, artinya dalam hal memberi definisi terhadap konsep “kebudayaan”, ilmu antropologi seringkali sangat berbeda dengan berbagai ilmu lain. Juga apabila dibandingkan dengan arti yang biasanya diberikan kepada konsep itu  dalam bahasa sehari-hari, yaitu arti yang terbatas kepada hal-hal yang indah seperti candi, tari-tarian, seni rupa, seni suara, kesustraan dan filsafat, definisi ilmu antropologi lebih luas sifat dan ruang lingkupnya. Menurut ilmu antropologi. “Kebudayaan” adalah : kesuluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.[1]

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian dari kebudayaan?
2.      Bagaimana wujud dari suatu kebudayaan?
3.      Bagaimana adat istiadat dan sifat dari budaya?
4.      Apa sajakah unsur-unsur dari kebudayaan?


BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Kebudayaan
Budaya adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti cinta, karsa, dan rasa. Kata budaya sebenarnya berasal dari bahasa Sanskertabudhayah yaitu bentuk jamak kata buddhi yang berarti budi dan akal. Dalam bahasa inggris, kata budaya berasal dari kata cultuur, dan dalam bahasa Latin, budaya berasal dari kata colera. Colera berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, mengembangkan tanah (bertani). Dengan demikian ke-budaya-an dapat diartikan : “hal-hal yang bersangkutan dengan akal”.
Dan beberapa ahli pun menyimpulkan tentang budaya atau kebudayaan diantaranya:
1)      E. B. Tylor, budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
2)      R. Linton, kebudayaan dapat dipandang sebagai konfigurasi tingkah laku yang dipelajari dan hasil tingkah laku yang dipelajari, di mana unsur pembentukan didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat yang lainnya.
3)      Koentjaraningrat, mengartikan bahwa kebudayaan adalah keseleluruhan sistem gagasan, milik diri manusia dengan belajar.
a)    Kebudayaan nasional merupakan karya warga Indonesia, termasuk juga karya-karya orang zaman dahulu di berbagai wilayah tanah air.
b)   Kebudayaan nasional merupakan hasil karya warga Indonesia yang tema pikiran dan wujudnya mengandung ciri khas Indonesia.
c)    Kebudayaan nasional merupakan hasil karya warga negara Indonesia, dan umumnya dirasakan memiliki nilai yang tinggi sehingga menjadi kebanggan orang Indonesia.[2]
4)      Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, mengatakan bahwa kebudayaaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.[3]
5)      Herkovits, kebudayaan adalah bagian dari lingkungan hidup yang diciptakan oleh manusia.
6)      Malinowski yang di pengaruhi oleh William James mengemukakan bahwa teori budaya harus di awali dari kebutuhan organis manusia.[4]
       Dengan demikian, kebudayaan atau budaya menyangkut keseluruhan aspek kehidupan manusia baik secara material maupun non-material. Sebagian besar ahli yang mengartikan kebudayaan seperti ini kemungkinan besar sangat dipengaruhi oleh pandangan evolusionisme,yaitu suatu teori yang mengatakan bahwa kebudayaan itu akan berkembang dari tahapan yang sederhana menuju tahapan yang lebih kompleks.[5]

B.       Wujud Kebudayaan
       Talcott Persons yang bersama dengan seorang ahli antropologi A.L. Kroeber pernah menganjurkan untuk membedakan secara tajam wujud kebudayaan sebagai suatu sistem dari ide-ide dan konsep-konsep dari wujud kebudayaan sebagai suatu rangkaian tindakan dan aktivitas manusia yang berpola. Maka, serupa dengan J.J Honigmann yang dalam buku pelajaran antropologinya yang berjudul The World of Man (1959 : hlm. 11-12) membedakan adanya tiga “gejala kebudayaan”. Yaitu (1) ideas. (2) activities. (3) artifacts, pengarang berpendirian bahwa kebudayaan itu ada tiga wujudnya, yaitu :
1)      Wujud kebudayaan sebagai suatau kompleks dari ide-ide gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peratuaran dan sebagainya.
2)      Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.
3)      Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
       Wujud pertama adalah wujud ideal dari kebudayaan. Sifatnya abstrak, tak dapat diraba atau difoto karena lokasinya yang berada dalam alam fikiran warga masyarakat dimana kebudayaan itu hidup, namun jika dinyatakan dalam tulisan maka lokasi dari kebudayaan ideal sering berada dalam kerangka dan buku-buku hasil karya para masyarakat.
       Wujud kedua adalah sistem sosial atau social system, mengenai pola dari tindakan manusia itu sendiri. Sistem ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia itu sendiri yaitu berinteraksi, berhubungan, serta bergaul satu dengan lain dari detik ke detik, dari hari ke hari, dan dari tahun ke tahun, selalu menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.
       Wujud ketiga disebut kebudayaan fisik, dan tak memerlukanbanyak penjelasan. Karena berupa seluruh total hasil fisik dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat, maka sifatnya paling konkret, dan berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan difoto.[6]

C.      Adat-Istiadat dan Sifat-Sifat Budaya
Sistem Nilai Budaya, Pandangan Hidup, dan Idedologi. Sistem nilai budaya merupakan tingkat yang paling tinggi dan paling abstrak dari adat istiadat. Hal itu disebabkan karena nilai-nilai budaya itu merupakan konsep mengenai apa yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar manusia mengenai apa yang mereka anggap bernilai, berharga, dan penting dalam hidup. Dalam setiap masyarakat, baik yang kompleks maupun yang sederhan ada sejumlah nilai budaya yang saling berkaitan antara satu dengan lainnya sehingga menghasilkan suatu sistem, dan sistem itu sebagai pedoman dari konsep-konsep ideal dalam kebudayaan memberi pendorong yang kuat terhadap arah kehidupan warga masyarakatnya.
Menurut seorang ahli antropologi terkenal, C. Kluckhohn, tiap sistem nilai budaya dalam tiap kebudayaan itu mengenai lima masalah dasar dalam kehidupan manusia. Atas dasar konsepsi itu, ia menyatakan bahwa setiap sistem nilai budaya dalam tiap kebudayaan itu mengenai lima masalah dasar dalam kehidupan manusia, selain itu ia juga mengembangkan suatu kerangka yang dapat dipakai oleh para ahli antropologi untuk menganalisa universal tiap variasi dalam sistem nilai budaya dalam semua macam kebudayaan yang terdapat di dunia. Menurut C. Kluckhohn, kelima masalah dasar dalam kehidupan manusia yang menjadi landasan bagi kerangka variasi sistem nilai budaya adalah:
1)      Masalah mengenai hakekat dari hidup manusia.
2)      Masalah mengenai hakekat dari karya manusia.
3)      Masalah mengenai hakekat dari kedudukan manusia dalam wuang waktu.
4)      Masalah mengenai hakekat dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya.
5)      Masalah mengenai hakekat dari hubungan manusia dengan sesamanya.

Kendati kebudayaan yang dimiliki oleh setiap masyarakat itu tidak sama, seperti di indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang berbeda, tetapi setiap kebudayaan mempunyai ciri atau sifat yang sama. Sifat tersebut bukan diartikan secara spesifik, melainkan bersifat universal. Di mana sifat-sifat budaya itu akan memiliki ciri-ciri yang sama bagi semua kebudayaan manusia tanpa membedakan faktor ras, lingkunagan alam, atau pendidikan. Yaitu sifat hakiki yang berlaku umum bagi semua budaya di mana pun. Sifat hakiki dari kebudayaan tersebut antara lain:
1)        Budaya terwujud dan tersalurkan dari perilaku manusia.
2)        Budaya telah ada terlebih dahulu daripada lahirnya suatu generasi tertentu dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan.
3)        Budaya diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya.
4)        Budaya mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban, tindakan-tindakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang, dan tindakan-tindakan yang diizinkan.[7]

D.      Unsur-Unsur Kebudayaan
Para sarjana antropologi yang biasa menanggapi suatu kebudayaan (misalnya kebudayaan Minangkabau, kebudayaan Bali, atau kebudayaan Jepang) sebagai suatu keseluruhan itu terintegrasi, pada waktu analisa membagi keseluruhan itu kedalam unsur-unsur besar yang disebut “unsur-unsur kebudayaan universal” atau cultural universals. Dengan mengambil dari berbagai kerangka tentang unsur-unsur kebudayaan universal yang disusun oleh beberapa sarjana antropologi ini, Koentjaraningrat berpendapat bahwa ada tujuh unsur kebudayaan yang dapat ditemukan bangsa di dunia, yaitu:
1)        Bahasa
2)        Sistem pengetahuan
3)        Organisasi sosial
4)        Sistem peralatn hidup dan teknologi
5)        Sistem mata pencarian hidup
6)        Sistem religi
7)        Kesenian
Tiap-tiap unsur kebudayaan universal dapat menjelma dalam tiga wujud kebudayaan yaitu wujud yang berupa sistem budaya, yang berupa sistem sosial, dan yang berupa unsur-unsur kebudayaan fisik. Tiap unsur dapat diperinci kedalam unsur-unsur yang lebih kecil sampai beberapa kali. Dengan mengikuti metode pemerincian dari seorang ahli antropologi bernama R. Linton, maka pemerinci itu akan dilakukan sampai empat kali, dan dari ketujuh unsur tadi masing-masing harus juga dilakukan dengan ketiga wujud itu.
Fungsi dari unsur-unsur kebudayaan menurut beberapa sarjana antropologi yang mencoba mencapai pengertian mengenai masalah integrasi kebudayaan dan jaringan yang berkaitan dengan unsur-unsur antropologi. Adapun istilah “fungsi” itu dapat dipakai dalam bahasa sehari-hari maupun dalam bahasa ilmiah dengan arti yang berbeda-beda. Seorang sarjana antropologi, M.E. Spiro, pernah mendapatkan bahwa dalam karangan ilmiah ada tiga cara pemakaian fungsi unsur kebudayaan, yaitu:
1)      Pemakaian yang menerangkan fungsi itu sebagai hubungan guna anatara suatu hal dengan suatu tujuan tertentu.
2)      Pemakaian yang menerangkan kaitan korelasi antara satu hal dengan hal yang lain.
3)      Pemakaian yang menerangkan hubungan yang terjadi anatar satu hal dengan hal-hal dalam suatu sistem yang terintegrasi


BAB III
KESIMPULAN
Budaya adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti cinta, karsa, dan rasa. Kata budaya sebenarnya berasal dari bahasa Sanskertabudhayah yaitu bentuk jamak kata buddhi yang berarti budi dan akal. Dalam bahasa inggris, kata budaya berasal dari kata cultuur, dan dalam bahasa Latin, budaya berasal dari kata colera. Colera berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, mengembangkan tanah (bertani). Dengan demikian ke-budaya-an dapat diartikan : “hal-hal yang bersangkutan dengan akal”. Dengan demikian, kebudayaan atau budaya menyangkut keseluruhan aspek kehidupan manusia baik secara material maupun non-material
Kemudian, adanya wujud kebudayaan yaitu, wujud pertama adalah wujud ideal dari kebudayaan. Wujud kedua adalah sistem sosial atau social system, mengenai pola dari tindakan manusia itu sendiri. Wujud ketiga disebut kebudayaan fisik, dan tak memerlukanbanyak penjelasan. Karena berupa seluruh total hasil fisik dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat, maka sifatnya paling konkret, dan berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan difoto.
Kebudayaan sendiri memiliki unsur, tiap-tiap unsur kebudayaan universal dapat menjelma dalam tiga wujud kebudayaan yaitu wujud yang berupa sistem budaya, yang berupa sistem sosial, dan yang berupa unsur-unsur kebudayaan fisik. Tiap unsur dapat diperinci kedalam unsur-unsur yang lebih kecil sampai beberapa kali. Dengan mengikuti metode pemerincian dari seorang ahli antropologi bernama R. Linton, maka pemerinci itu akan dilakukan sampai empat kali, dan dari ketujuh unsur tadi masing-masing harus juga dilakukan dengan ketiga wujud itu.



DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat. 2000.Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Saebani, Beni Ahmad. 2012. Pengantar Antropologi. Bandung:  PT CV PUSTAKA SETIA.
Setiadi, M.Elly.2010.Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana.
Sutardi, Tedi. 2007. Antropologi: Mengungkap Keragaman Budaya. Bandung: PT Grafindo Media Pratama.
Syam, Nur. 2011.Madzab-madzab Antropologi. PT. LKiS, Yogyakarta.


[1]Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2000), hlm. 179-186
[2]Tedi Sutardi, Antropologi: Mengungkap Keragaman Budaya, (Bandung: PT Grafindo Media Pratama, 2007,) hlm. 20-21
[3]Drs. Beni Ahmad Saebani,M.Si.,Pengantar Antropologi, (Bandung: PT CV PUSTAKA SETIA, 2012), hlm. 161-162
[4]Dr.Nur Syam,  Madzab-madzab Antropologi, (PT. LKiS, Yogyakarta, 2011), hlm. 31
[5]M.Elly Setiadi, Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana,2010),hlm. 27-28
[6]Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: PT. RINEKA CIPTA, 2000), hlm. 186-188
[7]Opcid., hlm. 30-31

No comments:

Post a Comment

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo Melakukan Sidak Ruang Isolasi Pemudik di Kabupaten Kendal

NAMA   : M Fajri Sobah  NIM       : 1404016069 Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo Melakukan Sidak Ruang Isolasi Pemudik di Kabupa...