Pohon
Kehidupan
Lelah mungkin itu yang ku rasakan saat
ini. Semua orang pergi disaatku dalam
kesulitan mana teman dekat, sahabat atau mereka yang datang saat mereka butuh, nyatanya mereka semua pergi
saatku membutuhkannya dan tak memperdulikanku. Mereka sibuk memikirkan diri mereka sendiri tak mengerti apa yang terjadi denganku. Apa yang harus aku lakukan Akupun
tak tau. Aku hanya termenung sepi sendiri
disudut sekolah, tiba-tiba terdengar
suarayang khas dan sentuhan tangan menyentuh punggungku dari belakang.
“San Hasan”
“Iya ada apa”
Anis duduk disampingku dan entah mengapa
dia duduk disampingku biasanya ia tidak pernah bicara denganku menyapa pun
tidak, Aku pun menatapnya dengan wajah sedikit aneh dan bingung.
“Kamu sedang apa disini, kenapa kamu
melamun?”
Aku tambah penasaran apa sebenarnya yang
dia inginkan, biasanya laki-laki yang dekat dengan Anis merasa minder tak
terkecuali Aku, karna selain cantik Anis juga berprestasi ia meraih peringkat
paralel disekolah ini.Akupun tak sadar Anis sedang bicara.
“Saan Hasan tuh kan kamu melamun lagi”
“Anu, anu enggak kok aku hanya ingin
sendiri disini.”
Walaupun sebenarnya masalahku sangat
banyak dan hampir saja aku tak kuat menghadapi masalah-masalah yang kini
menerpaku. Tapi aku tetap berusaha tegar dan kuat seolah olah tak ada masalah
di hadapan Anis. Walau bagaimanapun Aku
ini laki-laki Aku tak ingin kelihatan lemah dihadapan Anis.
“Kudengar akhir-akhir ini kamu sering
sendiri dan melamun saat pelajaran, guru-guru juga banyak mengeluh tentang perubahan
sikapmu dan sangat menyayangkannya.”
“Enggak kok Nis Aku hanya ada sedikit
masalah, Aku butuh waktu untuk terima kenyataan yang sedang kuhadapi dan
mencoba untuk mencari jalan keluar.”
“Tapi enggak harus sendiri kan? Kamu kan
punya sahabat atau guru BK untuk membantu menyelesaikan masalahmu bukan melamun
dan menyendiri disini. Melamun tidak akan menyelesaikan masalah.”
Dalam hatiku berkata.
“Memang benar Nis diam disini tak akan
menyelesaikan masalah , Cuma kamu tak tau apa yang kini aku jalani. Ssejak
peristiwa dua minggu lalu semua orang menjauh dariku termasuk sahabat dan teman
dekatku. Cuma tersisa Hilmi dan Siti yang masih mau mengerti dengan keadaanku.
Tapi saat ini mereka sedang mengikuti
lomba, seharusnya aku satu tim dengan mereka. Tapi karena Aku terkena kasus,
sekolah menskorku dan hampir saja mengeluarkanku. Sebenarnya sejak kecil Aku
tak pernah mengenal barang haram itu , tetapi ccckarena masalah sepele Aku
terjerumus lubang hitam. Beruntung sekolah masih mengijinkanku untuk tetap sekolah,
tapi tak seberuntung dengan dua temanku Windi, dan Frengki. Mereka membelaku mati-matian
supaya Aku tak dikeluarkan dari sekolah tapi mereka sebaliknya, mereka
dikeluarkan dari sekolah.”
Akhirnya
Aku pun angkat bicara.
“Iya nis inginnya sih seperti itu,
tapi.....”
Belum selesai
bicara tiba-tiba sesosok lelaki datang menghampiri dan menyangkal perkataanku dengan nada
sedikit mengejek.
“Mana ada yang
mau berteman dengan seorang kurir narkoba sepertimu.”
Mendengar kata
kata itu hatiku sepetri tersambar petir
di siang bolong hampir saja Aku lepas kontrol dan melayangkan tangan ku tapi
sayang, suara yang khas dan bijak yang
keluar dari mulut Nis membuatku mendadak melemah hatiku tersentuh oleh kata-katanya.
“ Jaga mulutmu! apakah kau merasa lebih suci sehingga kau mengkatai Hasan
seperti itu. Bila seperti itu kamu salah karena kehidupan itu selalu
memiliki dua sisi, jangan hanya memandangnya sebelah sisi bila kau memandangnya hanya dari satu sisi
kau akan mudah menyalahkan dan mudah terhasud oleh kata kata orang yang tak
bertanggung jawab.”
“Kenyataanya
seperti itu kamu yang telah dibutakan
olehnya.”
Mendengar kata
kata itu hati ku seperti terbakar dahsyat luar biasa, tubuhku memanas dan
mataku memerah kali ini aku benar benar marah aku menggeram tubuhku refleks berdiri dan tanganku mengepal siap untuk melayangkan
tinjuan tinjuan maut. Dua teman Jhony juga sudah siap pasang posisi, ketiga anak itu menghampiriku dan mengepungku
dari segala sudut tapi aku tak takut, mereka hanya anak anak mamih yang manja
yang hanya berani beerkelompok tapi tak masalah hanya butuh lima menit membuat
mereka terkapar.
“ hhm Jhonyyyy Jhony
yang katanaya anak kesiswaan sekolah, ya anak yang selalu dimanja sehingga
berbuat seenaknya, apa kau belum puas setelah merebut marisa dan
menenggelamkanku dalam lubang kegelapan, lalu apa lagi yang kau inginkan masih
belum puas kau inginkan Aku keluar dari sekolah ini bukan agar kau terlibat
hebat satu sekolahan ini baiklah lah aku akn mengabulkan permohonanmu!”
“memang itu yang
ku inginkan melihat wajahmu masih disekolah ini membuatku muak. Aku tak sudi
kurir narkoba sekolah di sekolah ini.”
Tepat selesai
jhony berbicara, dua anak buahnya menyerangku saling bekerja sama berusaha
memukul dan menjatuhkan ku dengan serangan yang bertubi tubi. Pukulan demi
pukulan juga tendangan menghantam
tubuhku, mereka memang terlatih mereka adalah atlit beladiri karate , tapi Aku
berusaha menangkis dan bertahan dan kini Jhony turun tangan tiga lawan satu
lengkap sudah tim mereka aku bagaikan sasaran empuk predator yang sedang lapar.
Bukan hal yang mudah memang untuk untuk mengalahkan tiga atlit apalagi
sendirian, Aku marah jantungku berdetak kencang darahku mengalir cepat tanganku
reflek menangkis setiap pukulan dan tendangan dan berbalik menyerang dengan
pukulan dan tendanganku. Akhirnya seranganku
mengenai tubuh mereka,satu persatu dari mereka terkapar dengan wajah babak belur. Tepat lima menit pertarungan berakhir
namun terasa seperti bertarung lima jam semua tenagaku terkuras. Tubuhku basah
oleh keringat napasku tersengal sengal. Aku
menghampiri Anis yang dari tadi cemas melihat Aku berkelahi, belum sampai ku
mendekat Anis menghentikanku.
“Stop jangan
mendekat! cukup San ku kira setelah
kejadian kemarin kamu akan berubah tapi ternyata sama saja kau malah berulah
lagi.”
“Bukannya kau
sendiri yang bilang kehidupan itu memiliki dua sisi, kukira kau orang yang
berbeda ternyata sama sajah.”
Dengan segala
kekecaewaan Aku meninggalkan Anis. Tak lama kemudian sudut sekolah yang
sepi mendadaak ramai mungkin siswa-siswi
penasaran peristiwa apa yang barusan terjadi. Saat tahu, mereka terkaget kaget
melihat tiga atlit karate juga anak kesiswaan terkapar dengan wajah babak
belur. Sepertinya tak percaya masalahnya selama ini tak ada yang berani macam macam dengan mereka apa lagi dengan Jhony anak
kesiswaan sekolah ini. Saat berurusan dengan Jhony berarti siap untuk pindah
dari sekolah ini. Tapi Aku tak peduli yang jelas Aku berani karenaku tak
bersalah, Jhony yang memulai membut onar bukan diriku. Aku berjalan meninggalkan tempat kejadian siswa yang
mengumpul bergerombol terbecah membelah menjadi dua membentuk jalan, Aku
berjalan ditengahnya dengan tak mempedulikan tatapan aneh dan sinis dari
siswa-siswi. Suara yang tak asing terdengar jelas memanggilku, ya suara orang
yang selalu menasihatiku dan membimbingku saat ku terjerat kasus narkoba.
“San Hasan ayo
ikut bapak ke ruang BK!”
“ Baik pak.”
Tak banyak bicara akupun langsung mengikuti
pak Sobirin ke ruang BK entah apa yang akan terjadi, Akupun tak tahu mungkin
aku akan di keluarkan dari sekolah karena mengulang kesalahan yang kedua
setelah kesalahanku dua minggu yang lalu, apa lagi kini Aku berursan dengan
anak dari kesiswaan sekolah.
“Nak Bapak tahu
sebenarnya kamu anak yang baik tapi kenapa kamu melakukan kesalahan ntuk kedua
kalinya. Bukankah orang bijak tak mengulang keslahan untuk kedua kalinya nak?.”
“Mohon maaf Pak
bolehkah Saya memberikan penjelasan terlebih dahulu?”
“Ya tentu
mengapa tidak, setiap orang pasti punya alasan dalam setiap tindakannya dan
orang yang bijak ialah orang yang bertanggung jawab atas setiap tindakannya.”
“Terima kasih
Bapak mau mengerti dan menirima alasan Saya,
jadi begini Pak dalam kejadian ini bukan saya yang memulai, saya berani bertindak
karena Saya tak bersalah pak, Jhony mengejekku dia menghinaku dengan sebutan
kurir narkoba.”
Berapa menit
kemudian datang Pak Aldy kesiswaan sekolah. Dengan wajah tenag dan bijak Pak Aldy
menyapa kami.
“Selamat siang pak
Sobirin, Hasan.”
“Siang pak.”
(menjawab serempak)
“Boleh saya
duduk?”
“Tentu saja
boleh mengapa tidak, silahkan duduk Pak.” (pak Sobin menjawab)
Pak Aldy duduk berhadapan denganku dan Pak Sobirin duduk di sisi lain sehingga posisi
kami membentuk segitiga. Pak Aldy memulai pebicaraan.
“Hasan ku dengar
kau ini anak yang cerdas juga berrestasi namun akhir akhir ini prestasimu
menurun dan ku dengar juga kau terjerat dalam beberapa kasus dan hari ini ku
lihat dengan kepala mataku sendiri kau membuat babak blur anakku sebenarnya ada
apa dengan dirimu nak?”
“sebenarnya masalah
sepele awalnya putus cinta Marisa orang ku cintai memutuskanku dan dia memilih anak
Bapak, yaitu Jhony. Setelah itu aku gelap mata aku merasa tak ada lagi jalan
untuk keluar dan akhirnya ku terjerumus dalam lubang kegelapan yaitu narkoba. Itu
membuat hidupku berantakan di tambah lagi semua orang pergi menjauh saat mereka
tahu Aku terjerat kasus narkoba, hidupkku seperti tak berarti lagi.”
“Lalu mengapa
kamu memukuli Jhony? Apakah karena Marisa”
“Bukan pak, tadi
saat istirahat Aku menyendiri di pojok sekolah Aku dihampiri oleh Anis yang
berusaha untuk memotivasiku, tiba tiba Jhony datang dengan mengejekku dengan
sebutan kurir narkoba. Aku marah dan sangat marah sampai emosiku tak dapat ku
kendalikn lagi akhirnya terjadilah perkelahian yang tak terhindarkan.”
“Sebenarnya Hasan
anak yang baik pak Aldy dia juga cerdas kalau saja dia tak bermasalah mungkin
saat ini dia sedang mengikuti lomba cerdas cermat tingkat nasional, sayang
takdir berkata lain mungkin tuhan ingin lebih mendewasakan Hasan dan mendidiknya
menjadi sosok yang lebih tangguh, dia terjerat kasus narkoba karena hanya putus
cinta, naif memang ya mungkin karena dia baru mengenal cinta juga usianya yang
masih dalam masa pencarian jati diri Saya
kira ini masih dalam batas yang wajar”
“Ya memang usia
hasan dan anakku dalam usia yang rawan dan butuh pengawasan yang ekstra hati-hati jangan terlalu bebas juga jangan
terlalu ketat karena jika semakin dilarang remaja semakin memberontak dalam usia ini remaja mudah tersinggung belum
bisa mengendalikan emosi.”
“Benar apa yang
bapak katakan sama seperti apa yang saya rasakan.”
“Memang akhir-akhir
ini Jhony sering membuat onar mungkin karena ia ingin mendapatkan perhatian
yang lebih dariku, sejak menjadi kesiswaan Saya sibuk dan jarang
memperhatikannya.”
“Baiklah sela
masalah sudah ditemukan lalu bagaimana kebijakan anda Pak apakah Saya masih
boleh sekolah disini?”
“Tentu kamu tak
bermasalah nak, anaku lah yang membuat masalah untuk itu aku mewakili Jhony
minta maaf.”
“Ya Pak Ssaya
juga telah membuat anak Bapak babak belur.”
“Ya tak masalah
dia atlit karate dia pantas mendapatkan itu karena menggnakannya ilmunya
disembarang tempat. Ilmu beladiri itu ibarat sebuah senjata jika ia bisa
menggunakanya maka akan melindungi dirinya tapi sebaliknya jika ia sembarangan
menggunakannya justru akan membinasakannya. Saya yakin cepat atau lambat Jhony
akan menyadarinya.”
“Semoga ini bisa
membuatmu lebih dewasa ya nak saya yakin kamu itu sebenarnya anak yang hebat
makanya tuhan mengujimu lebih dari anak pada umumnya.” (tambah pak sobirin)
“Baiklah masalah
selesai kamu boleh meninggalkan ruangan ini.”
“Terima kasih Pak.”
Pak Aldy
menganggukan kepalanya, Aku mendekat kemudian bersalaman dengan pak Aldy Beliau
memelukku dan menepuk punggungku.
“Tetap tegar
hadapi masalah ini ya nak Tuhan iu Maha Bijak juga Maha Adil Tuhan memberikan
ujian tidak melebehi batas kemampuan seorang hambanya. Untuk itu tetaplah jalankan
kewajibanmu sering berdoalah dan
mendekatkan diri kepada-Nya supaya kamu dimudahkan dalam menghadapi setiap
masalah.”
“Ya pak makasih
semoga ini menjadi pendewasaan bagi diriku juga awal dari kehidupanku yang
lebih baik.”
Selesai
bersalaman dengan Pak Aldy Aku mendekat kemudian bersalaman dengan Pak Sobirin
beliau juga memelukku juga memberikan nasihat-nasihat yang sangat bijak.
“Ibarat
sebuah pohon ketika tumbuh semakin tinggi semakin kencang pula angin yang
menerpanaya. Sama halnya dengan kehidupan ketika orang ingin menempati derajat
yang tinggi maka ia akan menempuh proses ujian terlebih dahulu laluilah setiap
ujian dengan maksimal agar engkau mendapat nilai yang maksimal dan layak
menempati derajat tersebut.”
“Terima kasih
Pak atas nasehatnya juga motivasinya Aku selalu menunggu nasehat-nasehat
selanjutnya. Aku selalu mengharap doa juga bimbingan dari Bapak.”
Selesai
bersalaman Aku meninggalkan ruang BK.
Saat itu pula aku mearsa lega sepertinya
Aku mendapat semangat baru, Aku merasa hidupku lebih berarti. Mungkin ini yang di katakan
Anis bahwa kehidupan itu memiliki dua sisi, saat salah satu berusaha
menjatuhkan maka disitu juga ada yang berusaha tetap memepertahankan untuk
tetap kokoh berdiri. Aku harus tetap
semangat karenaTuhan Maha Adil dia tahu
apa yang yang terbaik untuk hambanya. Mungkin juga telah merencanakan sesuatu
yang lebih baik untuk diriku.
No comments:
Post a Comment