29 March 2017

Cerpen Pohon Kehidupan

Pohon Kehidupan
Lelah mungkin itu yang ku rasakan saat ini. Semua orang  pergi disaatku dalam kesulitan mana teman dekat,  sahabat  atau mereka yang datang  saat mereka butuh, nyatanya mereka semua pergi saatku membutuhkannya dan tak memperdulikanku.  Mereka sibuk memikirkan diri mereka sendiri  tak mengerti apa yang terjadi  denganku. Apa yang harus aku lakukan Akupun tak tau. Aku hanya termenung  sepi sendiri disudut sekolah,  tiba-tiba terdengar suarayang khas dan sentuhan tangan menyentuh punggungku dari belakang.
“San Hasan”
“Iya ada apa”
Anis duduk disampingku dan entah mengapa dia duduk disampingku biasanya ia tidak pernah bicara denganku menyapa pun tidak, Aku pun menatapnya dengan wajah sedikit aneh dan bingung.
“Kamu sedang apa disini, kenapa kamu melamun?”
Aku tambah penasaran apa sebenarnya yang dia inginkan, biasanya laki-laki yang dekat dengan Anis merasa minder tak terkecuali Aku, karna selain cantik Anis juga berprestasi ia meraih peringkat paralel disekolah ini.Akupun tak sadar Anis sedang bicara.
“Saan Hasan tuh kan kamu melamun lagi”
“Anu, anu enggak kok aku hanya ingin sendiri disini.”
Walaupun sebenarnya masalahku sangat banyak dan hampir saja aku tak kuat menghadapi masalah-masalah yang kini menerpaku. Tapi aku tetap berusaha tegar dan kuat seolah olah tak ada masalah di hadapan Anis.  Walau bagaimanapun Aku ini laki-laki Aku tak ingin kelihatan lemah dihadapan Anis.
“Kudengar akhir-akhir ini kamu sering sendiri dan melamun saat pelajaran, guru-guru juga banyak mengeluh tentang perubahan sikapmu dan sangat menyayangkannya.”
“Enggak kok Nis Aku hanya ada sedikit masalah, Aku butuh waktu untuk terima kenyataan yang sedang kuhadapi dan mencoba untuk mencari jalan keluar.”
“Tapi enggak harus sendiri kan? Kamu kan punya sahabat atau guru BK untuk membantu menyelesaikan masalahmu bukan melamun dan menyendiri disini. Melamun tidak akan menyelesaikan masalah.”
Dalam hatiku berkata.
“Memang benar Nis diam disini tak akan menyelesaikan masalah , Cuma kamu tak tau apa yang kini aku jalani. Ssejak peristiwa dua minggu lalu semua orang menjauh dariku termasuk sahabat dan teman dekatku. Cuma tersisa Hilmi dan Siti yang masih mau mengerti dengan keadaanku. Tapi saat ini mereka  sedang mengikuti lomba, seharusnya aku satu tim dengan mereka. Tapi karena Aku terkena kasus, sekolah menskorku dan hampir saja mengeluarkanku. Sebenarnya sejak kecil Aku tak pernah mengenal barang haram itu , tetapi ccckarena masalah sepele Aku terjerumus lubang hitam. Beruntung sekolah masih mengijinkanku untuk tetap sekolah, tapi tak seberuntung dengan dua temanku Windi,  dan Frengki. Mereka membelaku mati-matian supaya Aku tak dikeluarkan dari sekolah tapi mereka sebaliknya, mereka dikeluarkan dari sekolah.”

Akhirnya Aku pun angkat bicara.                     
“Iya nis inginnya sih seperti itu, tapi.....”
Belum selesai bicara tiba-tiba sesosok lelaki datang menghampiri  dan menyangkal perkataanku dengan nada sedikit mengejek.
“Mana ada yang mau berteman dengan seorang kurir narkoba sepertimu.”
Mendengar kata kata itu hatiku sepetri  tersambar petir di siang bolong hampir saja Aku lepas kontrol dan melayangkan tangan ku tapi sayang,  suara yang khas dan bijak yang keluar dari mulut Nis membuatku mendadak melemah hatiku tersentuh oleh kata-katanya.
“ Jaga mulutmu!  apakah kau merasa  lebih suci sehingga kau mengkatai Hasan seperti itu.  Bila seperti  itu kamu salah karena kehidupan itu selalu memiliki dua sisi, jangan hanya memandangnya sebelah sisi  bila kau memandangnya hanya dari satu sisi kau akan mudah menyalahkan dan mudah terhasud oleh kata kata orang yang tak bertanggung jawab.”
“Kenyataanya seperti itu kamu yang  telah dibutakan olehnya.”
Mendengar kata kata itu hati ku seperti terbakar dahsyat luar biasa, tubuhku memanas dan mataku memerah kali ini aku benar benar marah aku menggeram  tubuhku refleks berdiri  dan tanganku mengepal siap untuk melayangkan tinjuan tinjuan maut. Dua teman Jhony juga sudah siap pasang posisi,  ketiga anak itu menghampiriku dan mengepungku dari segala sudut tapi aku tak takut, mereka hanya anak anak mamih yang manja yang hanya berani beerkelompok tapi tak masalah hanya butuh lima menit membuat mereka terkapar.
“ hhm Jhonyyyy Jhony yang katanaya anak kesiswaan sekolah, ya anak yang selalu dimanja sehingga berbuat seenaknya, apa kau belum puas setelah merebut marisa dan menenggelamkanku dalam lubang kegelapan, lalu apa lagi yang kau inginkan masih belum puas kau inginkan Aku keluar dari sekolah ini bukan agar kau terlibat hebat satu sekolahan ini baiklah lah aku akn mengabulkan permohonanmu!”
“memang itu yang ku inginkan melihat wajahmu masih disekolah ini membuatku muak. Aku tak sudi kurir narkoba sekolah di sekolah ini.”
Tepat selesai jhony berbicara, dua anak buahnya menyerangku saling bekerja sama berusaha memukul dan menjatuhkan ku dengan serangan yang bertubi tubi. Pukulan demi pukulan juga tendangan   menghantam tubuhku, mereka memang terlatih mereka adalah atlit beladiri karate , tapi Aku berusaha menangkis dan bertahan dan kini Jhony turun tangan tiga lawan satu lengkap sudah tim mereka aku bagaikan sasaran empuk predator yang sedang lapar. Bukan hal yang mudah memang untuk untuk mengalahkan tiga atlit apalagi sendirian, Aku marah jantungku berdetak kencang darahku mengalir cepat tanganku reflek menangkis setiap pukulan dan tendangan dan berbalik menyerang dengan pukulan dan tendanganku.  Akhirnya seranganku mengenai tubuh mereka,satu persatu dari mereka terkapar dengan wajah babak  belur. Tepat lima menit pertarungan berakhir namun terasa seperti bertarung lima jam semua tenagaku terkuras. Tubuhku basah oleh keringat napasku tersengal sengal.  Aku menghampiri Anis yang dari tadi cemas melihat Aku berkelahi, belum sampai ku mendekat Anis menghentikanku.
“Stop jangan mendekat! cukup  San ku kira setelah kejadian kemarin kamu akan berubah tapi ternyata sama saja kau malah berulah lagi.”
“Bukannya kau sendiri yang bilang kehidupan itu memiliki dua sisi, kukira kau orang yang berbeda ternyata sama sajah.”
Dengan segala kekecaewaan  Aku meninggalkan  Anis. Tak lama kemudian sudut sekolah yang sepi mendadaak ramai mungkin  siswa-siswi penasaran peristiwa apa yang barusan terjadi. Saat tahu, mereka terkaget kaget melihat tiga atlit karate juga anak kesiswaan terkapar dengan wajah babak belur. Sepertinya tak percaya masalahnya selama ini tak ada yang berani macam  macam dengan mereka apa lagi dengan Jhony anak kesiswaan sekolah ini. Saat berurusan dengan Jhony berarti siap untuk pindah dari sekolah ini.  Tapi Aku tak  peduli yang jelas Aku berani karenaku tak bersalah, Jhony yang memulai membut onar bukan diriku. Aku berjalan  meninggalkan tempat kejadian siswa yang mengumpul bergerombol terbecah membelah menjadi dua membentuk jalan, Aku berjalan ditengahnya dengan tak mempedulikan tatapan aneh dan sinis dari siswa-siswi. Suara yang tak asing terdengar jelas memanggilku, ya suara orang yang selalu menasihatiku dan membimbingku saat ku terjerat kasus narkoba.
“San Hasan ayo ikut bapak ke ruang BK!”
“ Baik pak.”
 Tak banyak bicara akupun langsung mengikuti pak Sobirin ke ruang BK entah apa yang akan terjadi, Akupun tak tahu mungkin aku akan di keluarkan dari sekolah karena mengulang kesalahan yang kedua setelah kesalahanku dua minggu yang lalu, apa lagi kini Aku berursan dengan anak dari kesiswaan sekolah.
“Nak Bapak tahu sebenarnya kamu anak yang baik tapi kenapa kamu melakukan kesalahan ntuk kedua kalinya. Bukankah orang bijak tak mengulang keslahan untuk kedua kalinya nak?.”
“Mohon maaf Pak bolehkah Saya memberikan penjelasan terlebih dahulu?”
“Ya tentu mengapa tidak, setiap orang pasti punya alasan dalam setiap tindakannya dan orang yang bijak ialah orang yang bertanggung jawab atas setiap tindakannya.”
“Terima kasih Bapak mau mengerti dan  menirima alasan Saya, jadi begini Pak dalam kejadian ini bukan saya yang memulai, saya berani bertindak karena Saya tak bersalah pak, Jhony mengejekku dia menghinaku dengan sebutan kurir narkoba.”

Berapa menit kemudian datang Pak Aldy kesiswaan sekolah. Dengan wajah tenag dan bijak Pak Aldy menyapa kami.
“Selamat siang pak Sobirin, Hasan.”
“Siang pak.” (menjawab serempak)
“Boleh saya duduk?”
“Tentu saja boleh mengapa tidak, silahkan duduk Pak.” (pak Sobin menjawab)
Pak Aldy  duduk berhadapan denganku dan  Pak Sobirin duduk di sisi lain sehingga posisi kami membentuk segitiga. Pak Aldy memulai pebicaraan.
“Hasan ku dengar kau ini anak yang cerdas juga berrestasi namun akhir akhir ini prestasimu menurun dan ku dengar juga kau terjerat dalam beberapa kasus dan hari ini ku lihat dengan kepala mataku sendiri kau membuat babak blur anakku sebenarnya ada apa dengan dirimu nak?”
“sebenarnya masalah sepele awalnya putus cinta Marisa orang ku cintai memutuskanku dan dia memilih anak Bapak, yaitu Jhony. Setelah itu aku gelap mata aku merasa tak ada lagi jalan untuk keluar dan akhirnya ku terjerumus dalam lubang kegelapan yaitu narkoba. Itu membuat hidupku berantakan di tambah lagi semua orang pergi menjauh saat mereka tahu Aku terjerat kasus narkoba, hidupkku seperti tak berarti lagi.”
“Lalu mengapa kamu memukuli Jhony? Apakah karena Marisa”
“Bukan pak, tadi saat istirahat Aku menyendiri di pojok sekolah Aku dihampiri oleh Anis yang berusaha untuk memotivasiku, tiba tiba Jhony datang dengan mengejekku dengan sebutan kurir narkoba. Aku marah dan sangat marah sampai emosiku tak dapat ku kendalikn lagi akhirnya terjadilah perkelahian yang tak terhindarkan.”
“Sebenarnya Hasan anak yang baik pak Aldy dia juga cerdas kalau saja dia tak bermasalah mungkin saat ini dia sedang mengikuti lomba cerdas cermat tingkat nasional, sayang takdir berkata lain mungkin tuhan ingin lebih mendewasakan Hasan dan mendidiknya menjadi sosok yang lebih tangguh, dia terjerat kasus narkoba karena hanya putus cinta, naif memang ya mungkin karena dia baru mengenal cinta juga usianya yang masih  dalam masa pencarian jati diri Saya kira ini masih dalam batas yang wajar”


“Ya memang usia hasan dan anakku dalam usia yang rawan dan butuh pengawasan yang ekstra  hati-hati jangan terlalu bebas juga jangan terlalu ketat karena jika semakin dilarang remaja semakin memberontak  dalam usia ini remaja mudah tersinggung belum bisa mengendalikan emosi.”
“Benar apa yang bapak katakan sama seperti apa yang saya rasakan.”
“Memang akhir-akhir ini Jhony sering membuat onar mungkin karena ia ingin mendapatkan perhatian yang lebih dariku, sejak menjadi kesiswaan Saya sibuk dan jarang memperhatikannya.”
“Baiklah sela masalah sudah ditemukan lalu bagaimana kebijakan anda Pak apakah Saya masih boleh sekolah disini?”
“Tentu kamu tak bermasalah nak, anaku lah yang membuat masalah untuk itu aku mewakili Jhony minta maaf.”
“Ya Pak Ssaya juga telah membuat anak Bapak babak belur.”
“Ya tak masalah dia atlit karate dia pantas mendapatkan itu karena menggnakannya ilmunya disembarang tempat. Ilmu beladiri itu ibarat sebuah senjata jika ia bisa menggunakanya maka akan melindungi dirinya tapi sebaliknya jika ia sembarangan menggunakannya justru akan membinasakannya. Saya yakin cepat atau lambat Jhony akan menyadarinya.”
“Semoga ini bisa membuatmu lebih dewasa ya nak saya yakin kamu itu sebenarnya anak yang hebat makanya tuhan mengujimu lebih dari anak pada umumnya.” (tambah pak sobirin)
“Baiklah masalah selesai kamu boleh meninggalkan ruangan ini.”
“Terima kasih Pak.”
Pak Aldy menganggukan kepalanya, Aku mendekat kemudian bersalaman dengan pak Aldy Beliau memelukku dan menepuk punggungku.
“Tetap tegar hadapi masalah ini ya nak Tuhan iu Maha Bijak juga Maha Adil Tuhan memberikan ujian tidak melebehi batas kemampuan seorang hambanya. Untuk itu tetaplah jalankan kewajibanmu  sering berdoalah dan mendekatkan diri kepada-Nya supaya kamu dimudahkan dalam menghadapi setiap masalah.”
“Ya pak makasih semoga ini menjadi pendewasaan bagi diriku juga awal dari kehidupanku yang lebih baik.”
Selesai bersalaman dengan Pak Aldy Aku mendekat kemudian bersalaman dengan Pak Sobirin beliau juga memelukku juga memberikan nasihat-nasihat yang sangat bijak.
“Ibarat sebuah pohon ketika tumbuh semakin tinggi semakin kencang pula angin yang menerpanaya. Sama halnya dengan kehidupan ketika orang ingin menempati derajat yang tinggi maka ia akan menempuh proses ujian terlebih dahulu laluilah setiap ujian dengan maksimal agar engkau mendapat nilai yang maksimal dan layak menempati derajat tersebut.”
“Terima kasih Pak atas nasehatnya juga motivasinya Aku selalu menunggu nasehat-nasehat selanjutnya. Aku selalu mengharap doa juga bimbingan dari Bapak.”

Selesai bersalaman Aku meninggalkan  ruang BK. Saat itu pula aku  mearsa lega sepertinya Aku mendapat semangat baru, Aku merasa hidupku  lebih berarti. Mungkin ini yang di katakan Anis bahwa kehidupan itu memiliki dua sisi, saat salah satu berusaha menjatuhkan maka disitu juga ada yang berusaha tetap memepertahankan untuk tetap kokoh berdiri.  Aku harus tetap semangat karenaTuhan  Maha Adil dia tahu apa yang yang terbaik untuk hambanya. Mungkin juga telah merencanakan sesuatu yang lebih baik untuk diriku.

No comments:

Post a Comment

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo Melakukan Sidak Ruang Isolasi Pemudik di Kabupaten Kendal

NAMA   : M Fajri Sobah  NIM       : 1404016069 Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo Melakukan Sidak Ruang Isolasi Pemudik di Kabupa...