29 December 2016

Sejarah Dramaturgi

Sejarah Dramaturgi

Tahun 1945, Kenneth Duva Burke (5 Mei 1897–19 November 1993) seorang teoritis literatur Amerika dan filosof memperkenalkan konsep dramatisme sebagai metode untuk memahami fungsi sosial dari bahasa dan drama sebagai pentas simbolik kata dan kehidupan sosial. Tujuan Dramatisme adalah memberikan penjelasan logis untuk memahami motif tindakan manusia, atau kenapa manusia melakukan apa yang mereka lakukan. Dramatisme memperlihatkan bahasa sebagai model tindakan simbolik ketimbang model pengetahuan. Pandangan Burke adalah bahwa hidup bukan seperti drama, tapi hidup itu sendiri adalah drama. Erving Goffman (11 Juni 1922–19 November 1982), seorang sosiolog interaksionis dan penulis, pada tahun 1959 ia tertarik dengan teori dramatisme Burke, sehingga memperdalam kajian dramatisme tersebut dan menyempurnakannya dalam bukunya yang kemudian terkenal sebagai salah satu sumbangan terbesar bagi teori ilmu sosial “The Presentation of Self in Everyday Life”. Dalam buku ini Goffman yang mendalami fenomena interaksi simbolik mengemukakan kajian mendalam mengenai konsep Dramaturgi.
Dramaturgi dari istilah teater dipopulerkan oleh  Aristoteles.  Sekitar tahun 350 SM, Aristoteles, seorang filosof asal Yunani, menelurkan “Poetics”, hasil pemikirannya yang sampai sekarang masih dianggap sebagai buku acuan bagi dunia teater. Aristoteles menjabarkan penelitiannya tentang penampilan/drama-drama berakhir tragedi/tragis ataupun kisah-kisah komedi. Untuk menghasilkan “Poetics”, Aristoteles meneliti hampir seluruh karya penulis Yunani pada masanya.
Dalam tragedi kerja analisis Aristoteles. Dia menganggap Oedipus Rex (c. 429 SM) sebagai karya klasik yang dramatis. Dia menganalisis hubungan antara karakter, tindakan, dan dialog, memberikan contoh-contoh dari apa yang dia anggap sebagai plot yang baik, dan memeriksa reaksi drama memprovokasi penonton. Banyak dari "aturan" sering dikaitkan dengan "Drama Aristotelian", dimana deus ex machina adalah kelemahan tindakan terstruktur ekonomis. Dalam Poetics ia membahas konsep-konsep kunci banyak drama, seperti anagnorisis dan katarsis. Pada abad terakhir analisis Aristoteles telah membentuk dasar bagi berbagai TV dan panduan menulis film.
The Poetics adalah karya paling awal teori dramatis Barat. Karya non-Barat awal yg bersifat sandiwara adalah Sansekerta India "Natayasatra" ('The Art of Theatre) ditulis sekitar 100 Masehi, yang menggambarkan unsur-unsur, bentuk dan elemen narasi dari sepuluh jenis utama dari drama India kuno.
Bila Aristoteles mengungkapkan Dramaturgi dalam artian seni. Maka, Goffman mendalami dramaturgi dari segi sosiologi.  Seperti yang kita ketahui, Goffman memperkenalkan dramaturgi pertama kali dalam kajian sosial psikologis dan sosiologi melalui bukunya, “The Presentation of Self In Everyday Life”. Buku tersebut menggali segala macam perilaku interaksi yang kita lakukan dalam pertunjukan kehidupan kita sehari-hari yang menampilkan diri kita sendiri dalam cara yang sama dengan cara seorang aktor menampilkan karakter orang lain dalam sebuah pertunjukan drama. Tujuan dari presentasi dari Diri–Goffman ini adalah penerimaan penonton akan manipulasi.
Teori dramaturgi menjelaskan bahwa identitas manusia adalah tidak stabil dan merupakan setiap identitas tersebut dan bagian kejiwaan psikologi yang mandiri. Identitas manusia bisa saja berubah-ubah tergantung dari interaksi dengan orang lain. Disinilah dramaturgis masuk, bagaimana kita menguasai interaksi tersebut.  Dalam dramaturgis, interaksi sosial dimaknai sama dengan pertunjukan teater. Manusia adalah aktor yang berusaha untuk menggabungkan karakteristik personal dan tujuan kepada orang lain melalui “pertunjukan dramanya sendiri”.   Dalam mencapai tujuannya tersebut, menurut konsep dramaturgis, manusia akan mengembangkan perilaku-perilaku yang mendukung perannya tersebut.  Selayaknya pertunjukan drama, seorang aktor drama kehidupan juga harus mempersiapkan kelengkapan pertunjukan. Kelengkapan ini antara lain memperhitungkan setting, kostum, penggunakan kata (dialog) dan tindakan non-verbal lain. Hal ini tentunya bertujuan untuk meninggalkan kesan yang baik pada lawan interaksi dan memuluskan jalan mencapai tujuan. Dengan konsep dramaturgis dan permainan peran yang dilakukan oleh manusia, terciptalah suasana-suasana dan kondisi interaksi yang kemudian memberikan makna tersend

No comments:

Post a Comment

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo Melakukan Sidak Ruang Isolasi Pemudik di Kabupaten Kendal

NAMA   : M Fajri Sobah  NIM       : 1404016069 Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo Melakukan Sidak Ruang Isolasi Pemudik di Kabupa...