Apa saja yang disunting dalam sebuah teks ?
Menyunting adalah suatu kegiatan mengedit,
mengubah, atau merapikan susunan letak atau penggunaan bahasa sebuah naskah
tanpa mengubah makna. Hal ini seperti yang dituturkan oleh Depdikbud, bahwa
menyunting merupakan kegiatan merapikan naskah agar dapat dicetak dengan
melihat, membaca, atau memperbaiki naskah secara keseluruhan dari segi tata
bahasa maupun segi materi, penyajian, kelayakan, dan kebenaran isi naskah
yang akan diterbitkan.[1]
Orang yang menyunting disebut penyunting.
Biasanya penyunting adalah orang yang berpengalaman dibudangnya dan mengetahui
atau memahami makna serta materi pada naskah. Dalam menyunting naskah, ada tiga
aspek yang akan disunting, yaitu isi, organsasi (susunan, letak penulisan,
enumerisasi, dll.), dan bahasa yang digunakan jika dirasa kurang tepat.
Menyunting teks ialah memperbaiki teks sesuai
dengan kaidah-kaidah bahasa yang disesuaikan. Sebuah teks disunting
karena ingin menjaga kualitas teks tersebut. Misal pada sebuah surat kabar,
sebelum berita diterbitkan, maka editor akan melihat terlebih dahulu naskah dan
akan menyunting naskah tersebut, untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkann. Adapun hal-hal yang dilihat dalam menyunting yaitu:
1.
Ejaan
Editor atau penyunting akan melihat teks
tersebut menggunakan aturan ejaan yang disempurnakan atau tidak, jika tidak
maka harus disesuaikan
2. Tanda baca
Penggunaan tanda baca seperti tanda titik (.),
tanda koma (,), tanda petik (“....”) harus memiliki ketepatan, sehingga perlu
diperhatikan juga jika sedang menyunting teks.
3. Diksi
Pemilihan kata atau diksi juga harus
diperhatikan, mengingat jenis tulisan yang sifatnya formal atu tidak penyuntin
akan menggunakan diksi yang maknanya lebih halus atau menggunakan makna dentasi
atau konotasi untuk menyampaikan maksud yang ingin diutarakan.
4. Kalimat
Keefektifan kalimat seperti susunan S-P-O-K atau
lainnya.
5. Sistematika penulisan
Penulisan paragraf atau teks, mulai dari
enumerisasi atau lainnya.
6. Kebenaran konsep
Dalam teks biasanya ditemukan konsep-konsep
ilmiah, penynting aka melihat hal tersebut yang dicantumkan benar atau tidak.
Tujuan dari menyunting teks adalah untuk menyajikan teks yang baik dan benar
sesuai dengan kaidah EYD. Naskah yang disunting merupakan nskah yang bersifat
formal, seperti surat kabar dan media informasi atau buku-buku ilmiah (buku
sekolah, jurnal, dan lainnya) yang dituntut untuk menggunkan tata kebahasaan
sesuai dengan EYD. Editor atau penyunting bertugas untuk menyunting teks
sebelum diterbitkan.[2]
Contoh
Berikut ini adalah contoh naskah berita yang
belum disunting.
karyawan PT. angin ribut keracunan saat jam
makan siang pada hari Rabu. para karyawan merasakan mual mual setelah santap
siang nasi bungkus di lingkungan pabrik dodol yang berlokasi di jalan
proklamasi no 97. Menurut salah seorang karyawan pt. angin ribut tersebut, para
karyawan biasa makan siang yang dikasih perusahaan selang 2 jam perut hampir
semua karyawan merasa hal yang sama. Sakit yang melilit di sekitar perut lalu
muntah-muntah. mereka lalu pinsan di tempat kerja. Bahkan ada beberapa karyawan
yang kejang. Kesaksian tersebut diceritakan Rizal Padilah yang hingga sekarang
masih dirawat di rumah sakit kadungora, garut.
Humas pt angin ribut menginformasikan korban yang dirawat akibat keracunan nasi bungkus tersebut berjumlah 350 orang. Kemudian, pihak rumah sakit kadungora mengabarkan ada 4 orang karyawan yang tewas akibat keracunan tersebut.
Hingga saat ini, Polisi masih menyelidiki kasus keracunan makanan itu. Apakah nasi bungkus itu mengandung racun atau tidak.
Humas pt angin ribut menginformasikan korban yang dirawat akibat keracunan nasi bungkus tersebut berjumlah 350 orang. Kemudian, pihak rumah sakit kadungora mengabarkan ada 4 orang karyawan yang tewas akibat keracunan tersebut.
Hingga saat ini, Polisi masih menyelidiki kasus keracunan makanan itu. Apakah nasi bungkus itu mengandung racun atau tidak.
Berikut ini penyuntingan terhadap naskah
berita di atas.
Ratusan Karyawan Keracunan Nasi Bungkus
GARUT – Karyawan PT Angin Ribut keracunan saat
jam makan siang pada hari Rabu (12/3/2014). Para karyawan merasakan mual-mual
setelah santap siang nasi bungkus di lingkungan pabrik dodol, yang berlokasi di
Jalan Proklamasi No. 97. Menurut salah seorang karyawan PT Angin Ribut
tersebut, para karyawan biasa makan siang yang diberikan oleh perusahaan.
Selang dua jam, semua karyawan merasakan hal yang sama. Sakit yang melilit di
sekitar perut. Mereka muntah-muntah lalu pingsan di tempat kerja. Bahkan, ada
beberapa karyawan yang kejang-kejang. Kesaksian tersebut diceritakan oleh Rizal
Padilah (25), yang hingga sekarang masih dirawat di Rumah Sakit Kadungora,
Garut.
Humas PT Angin Ribut menginformasikan, korban yang dirawat akibat keracunan nasi bungkus tersebut berjumlah 350 orang. Kemudian, pihak Rumah Sakit Kadungora mengabarkan ada empat orang karyawan yang tewas akibat keracunan tersebut.
Hingga saat ini, polisi masih menyelidiki kasus keracunan makanan itu. Apakah nasi bungkus itu mengandung racun atau tidak.[3]
Humas PT Angin Ribut menginformasikan, korban yang dirawat akibat keracunan nasi bungkus tersebut berjumlah 350 orang. Kemudian, pihak Rumah Sakit Kadungora mengabarkan ada empat orang karyawan yang tewas akibat keracunan tersebut.
Hingga saat ini, polisi masih menyelidiki kasus keracunan makanan itu. Apakah nasi bungkus itu mengandung racun atau tidak.[3]
Berita Imajiner merupakan berita yang tidak
sesungguhnya.artinya berita yang tidak ada faktanya, hanya berupa khayalan
ataupun impian dari sang penulis berita. Namun, meskipun begitu masih tetap ada
unsur beritanya seperti 5W+1H.
Contoh berita imajiner :
Renovasi Gedung Laboratorium dakwah
Semarang, 17 maret 2018 Universitas Islam Negeri
(UIN) Walisongo yang merupakan salah satu Perguruan Tinggi Islam Negeri
terkemuka di Jawa Tengah, berupaya melengkapi sarana dan prasarana menuju To Be
Recognized as World Class University. Sesuai dari visi misi UIN Walisongo Unifying
Humanity, Spirituallity, and Local Wisdom yang dibuktikan oleh Prof. Dr. H.
Muhibbin, M.Ag., selaku Rektor UIN Walisongo saat ini.
Bergaya megah seperti hotel bintang 4, gedung
Laboratorium dakwah yang bertempat di Kampus III UIN Walisongo menempati luas
wilayah 8 ribu meter persegi dikawasan Ngaliyan Semarang. Ditambahkan dari
Ketua Pimpinan Proyek Dr. H. Ahmad Izzudin, M.Ag mengatakan gedung Laboratorium
dakwah tersebut merupakan desain berbentuk Persegi terdiri dari tiga lantai,
dilengkapi dengan berbagai fasilitas ruang rapat, multimedia, dan seminar,
serta AC, hotspot area dan mess area.
Prof. Dr. H. Muhibbin, M.Ag menambahkan perenovasian
gedung laboratorium dakwah yang terletak di Kampus III UIN Walisongo
diperkirakan menelan dana Rp 15 Miliar dan estimasi waktu dimulai dari bulan
Januari 2018 dan diperkirakan selesai sampai dengan awal bulan Agustus 2018.
Tujuan direnovasinya gedung Laboratorium dakwah
sendiri untuk mempermudah aktifitas mahasiswa dan pelayanan publik dengan
mahasiswa itu sendiri, hal ini dikarenakan sebagian besar khalayak umum
menggunakan gedung tersebut untuk seminar, meet and great and Wedding Party,
dan lain sebagainya. Sehingga harapan dari perenovasian Laboratorium dakwah
supaya tidak terjadi protes mahasiswa mengenai sarana prasarana kegiatan
mahasiswa. Selain dari itu Prof. Dr. H. Muhibbin, M.Ag menceritakan sebenarnya
keinginan ini sudah lama, namun baru bisa terealisasi di akhir tahun 2018
karena membengkaknya anggaran untuk pembangunan gedung, menurutnya.
“Pembangunan gedung laboratorium dakwah ini
sebenarnya merupakan mega proyek sejak dahulu” papar Suparman Syukur selaku
Pembantu Rektor UIN Walisongo. Sudah lama dicanangkan laboratorium dakwah di
renovasi menjadi gedung yang besar. “Sehingga tidak ada protes mahasiswa mengenai
Laboratorium dakwah yang sering disewakan khalayak umum yang menghambat
kegiatan mahasiswa” tambah Suparman Syukur.
No comments:
Post a Comment