“TOLERANSI BERAGAMA"
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk
sosial. Sebagai makhluk sosial tentunya manusia dituntut untuk mampu
berinteraksi dengan individu lain dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam
menjalani kehidupan sosial dalam masyarakat, seorang individu akan dihadapkan
dengan kelompok-kelompok yang berbeda warna dengannya salah satunya adalah
perbedaan agama.
Dalam menjalani kehidupan sosialnya tidak bisa dipungkiri
akan ada gesekan-gesekan yang akan dapat terjadi antar kelompok masyarakat,
baik yang berkaitan dengan ras maupun agama. Dalam rangka menjaga keutuhan dan
persatuan dalam masyarakat maka diperlukan sikap saling menghormati dan saling
menghargai, sehingga gesekan-gesekan yang dapat menimbulkan pertikaian dapat
dihindari.Masyarakat juga dituntut untuk saling menjaga hak dan kewajiban
diantara mereka antara yang satu dengan yang lainnya.
Dalam pembukaaan UUD 1945 pasal 29 ayat 2 disebutkan bahwa
“Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya
itu.”Olehnya itu kita sebagai warga Negara sudah sepatutnya menjunjung tinggi
sikap saling toleransi antar umat beragama dan saling menghormati antar hak dan
kewajiban yang ada diantara kita demi keutuhan Negara.
Kebebasan beragama pada hakikatnya adalah dasar bagi
terciptanya kerukunan antar umat beragama.Tanpa kebebasan beragama tidak
mungkin ada kerukunan antar umat beragama.Kebebasan beragama adalah hak setiap
manusia.Hak untuk menyembah Tuhan diberikan oleh Tuhan, dan tidak ada seorang
pun yang boleh mencabutnya.
Demikian juga sebaliknya, toleransi antarumat beragama adalah
cara agar kebebasan beragama dapat terlindungi dengan baik. Kebebasan dan
toleransi tidak dapat diabaikan.Namun yang sering kali terjadi adalah penekanan
dari salah satunya, misalnya penekanan kebebasan yang mengabaikan toleransi dan
usaha untuk merukunkan dengan memaksakan toleransi dengan membelenggu
kebebasan.Untuk dapat mempersandingkan keduanya, pemahaman yang benar mengenai
kebebasan beragama dan toleransi antar umat beragama merupakan sesuatu yang
penting dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat.
1.2 Tujuan
Tujuan dari makalahh ini adalah :
v Untuk memenuhi tugas yang di berikan oleh dosen PAI 1 yakni
bapak Drs. Muhtar Arifien Sholeh, M.Lib
v Untuk mengenalkan apa itu toleransi
v Untuk meningkan kesadaran akan toleransi beragama
BAB II
ISI
2.1 Pngertian Toleransi
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari
kata “toleran” (Inggris: tolerance; Arab: tasamuh) yang berarti batas ukur
untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan. Secara etimologi,
toleransi adalah kesabaran, ketahanan emosional, dan kelapangan dada.Sedangkan
menurut istilah (terminology), toleransi yaitu bersifat atau bersikap
menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat,
pandangan, kepercayaan, kebiasaan) yang berbeda dan atau yang bertentangan dengan
pendiriannya.
Toleransi
(Arab: as-samahah) adalah konsep modern untuk menggambarkan sikap saling
menghormati dan saling bekerjasama di antara kelompok-kelompok masyarakat yang
berbeda baik secara etnis, bahasa, budaya, politik, maupun agama. Toleransi,
karena itu, merupakan konsep agung dan mulia yang sepenuhnya menjadi bagian
organik dari ajaran agama-agama, termasuk agama Islam.
Dalam konteks toleransi antar-umat beragama, Islam memiliki
konsep yang jelas. “Tidak ada paksaan dalam agama” , “Bagi kalian agama kalian,
dan bagi kami agama kami” adalah contoh
populer dari toleransi dalam Islam. Selain ayat-ayat itu, banyak ayat lain yang
tersebar di berbagai Surah. Juga sejumlah hadis dan praktik toleransi dalam
sejarah Islam.Fakta-fakta historis itu menunjukkan bahwa masalah toleransi
dalam Islam bukanlah konsep asing.Toleransi adalah bagian integral dari Islam
itu sendiri yang detail-detailnya kemudian dirumuskan oleh para ulama dalam
karya-karya tafsir mereka.Kemudian rumusan-rumusan ini disempurnakan oleh para
ulama dengan pengayaan-pengayaan baru sehingga akhirnya menjadi praktik
kesejarahan dalam masyarakat Islam.
Menurut ajaran Islam, toleransi bukan saja terhadap sesama
manusia, tetapi juga terhadap alam semesta, binatang, dan lingkungan hidup.Dengan
makna toleransi yang luas semacam ini, maka toleransi antar-umat beragama dalam
Islam memperoleh perhatian penting dan serius.Apalagi toleransi beragama adalah
masalah yang menyangkut eksistensi keyakinan manusia terhadap Allah.Ia begitu
sensitif, primordial, dan mudah membakar konflik sehingga menyedot perhatian
besar dari Islam. Makalah berikut akan mengulas pandangan Islam tentang
toleransi. Ulasan ini dilakukan baik pada tingkat paradigma, doktrin, teori
maupun praktik toleransi dalam kehidupan manusia.
2.2 Jenis-Jenis Toleransi
Ada tiga macam sikap toleransi, yaitu:
a. Negatif : Isi
ajaran dan penganutnya tidak dihargai. Isi ajaran dan penganutnya hanya
dibiarkan saja karena dalam keadaan terpaksa.
Contoh : PKI atau orang-orang yang beraliran komunis di
Indonesia pada zaman Indonesia baru merdeka.
b. Positif : Isi
ajaran ditolak, tetapi penganutnya diterima serta dihargai.
Contoh : Anda beragama Islam wajib hukumnya menolak ajaran
agama lain didasari oleh keyakinan pada ajaran agama Anda, tetapi penganutnya
atau manusianya Anda hargai.
c. Ekumenis : Isi
ajaran serta penganutnya dihargai, karena dalam ajaran mereka itu terdapat
unsur-unsur kebenaran yang berguna untuk memperdalam pendirian dan kepercayaan
sendiri.Contoh Anda dengan teman Anda sama-sama beragama Islam atau Kristen
tetapi berbeda aliran atau paham. Dalam kehidupan beragama sikap toleransi ini
sangatlah dibutuhkan, karena dengan sikap toleransi ini kehidupan antar umat
beragama dapat tetap berlangsung dengan tetap saling menghargai dan memelihara
hak dan kewajiban masing-masing.
2.3 Toleransi
Dalam Islam
Toleransi mengarah kepada sikap terbuka dan mau mengakui
adanya berbagai macam perbedaan. . Landasan dasar pemikiran ini adalah firman
Allah dalam QS. Al-Hujurat ayat 13:
يَٰٓأَيُّهَاٱلنَّاسُإِنَّاخَلَقۡنَٰكُممِّنذَكَرٖوَأُنثَىٰوَجَعَلۡنَٰكُمۡشُعُوبٗاوَقَبَآئِلَلِتَعَارَفُوٓاْۚإِنَّأَكۡرَمَكُمۡعِندَٱللَّهِأَتۡقَىٰكُمۡۚإِنَّٱللَّهَعَلِيمٌخَبِيرٞ١٣
“Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”
Toleransi antar umat beragama yang berbeda termasuk ke dalam
salah satu risalah penting yang ada dalam system teologi Islam. Karena Tuhan
senantiasa mengingatkan kita akan keragaman manusia, baik dilihat dari sisi agama,
suku, warna kulit, adapt-istiadat, dsb.
Toleransi beragama harus dipahami sebagai bentuk pengakuan kita akan
adanya agama-agama lain selain agama kita dengan segala bentuk system, dan tata
cara peribadatannya dan memberikan kebebasan untuk menjalankan keyakinan agama
masing-masing. Keyakinan umat Islam kepada Allah tidak sama dengan keyakinan
para penganut agama lain terhadap tuhan-tuhan mereka. Demikian juga dengan tata
cara ibadahnya. Bahkan Islam melarang penganutnya mencela tuhan-tuhan dalam
agama manapun.Maka kata tasamuh atau toleransi dalam Islam bukanlah “barang
baru”, tetapi sudah diaplikasikan dalam kehidupan sejak agama Islam itu lahir.
2.4 Konsep Toleransi Menurut Islam
Secara doktrinal, toleransi sepenuhnya diharuskan oleh
Islam.Islam secara definisi adalah “damai”, “selamat” dan “menyerahkan
diri”.Definisi Islam yang demikian sering dirumuskan dengan istilah “Islam
agama rahmatal lil’alamîn” (agama yang mengayomi seluruh alam).Ini berarti
bahwa Islam bukan untuk menghapus semua agama yang sudah ada. Islam menawarkan
dialog dan toleransi dalam bentuk saling menghormati. Islam menyadari bahwa
keragaman umat manusia dalam agama dan keyakinan adalah kehendak Allah, karena
itu tak mungkin disamakan.Dalam al-Qur’an Allah berfirman yang artinya, Jikalau
Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi
seluruhnya.Maka Apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi
orang-orang yang beriman semuanya?”
Di bagian lain Allah mengingatkan, yang artinya:
“Sesungguhnya ini adalah umatmu semua (wahai para rasul), yaitu umat yang
tunggal, dan aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah olehmu sekalian akan Daku
(saja). Ayat ini menegaskan bahwa pada
dasarnya umat manusia itu tunggal tapi kemudian mereka berpencar memilih
keyakinannya masing-masing.Ini mengartikulasikan bahwa Islam memahami pilihan
keyakinan mereka sekalipun Islam juga menjelaskan “sesungguhnya telah jelas
antara yang benar dari yang bathil”.
Selanjutnya, di Surah Yunus Allah menandaskan lagi, yang
artinya: “Katakan olehmu (ya Muhamad), ‘Wahai Ahli Kitab! Marilah menuju ke
titik pertemuan antara kami dan kamu, yaitu bahwa kita tidak menyembah selain
Allah dan tidak pula memperserikatkan-Nya kepada apa pun, dan bahwa sebagian
dari kita tidak mengangkat sebagian yang lain sebagai “tuhan-tuhan” selain
Allah!” Ayat ini mengajak umat beragama
(terutama Yahudi, Kristiani, dan Islam) menekankan persamaan dan menghindari
perbedaan demi merengkuh rasa saling menghargai dan menghormati.Ayat ini juga
mengajak untuk sama-sama menjunjung tinggi tawhid, yaitu sikap tidak
menyekutukan Allah dengan selain-Nya. Jadi, ayat ini dengan amat jelas
menyuguhkan suatu konsep toleransi antar-umat beragama yang didasari oleh
kepentingan yang sama, yaitu ‘menjauhi konflik’.
Saling menghargai dalam iman dan keyakinan adalah konsep
Islam yang amat komprehensif.Konsekuensi dari prinsip ini adalah lahirnya
spirit taqwa dalam beragama.Karena taqwa kepada Allah melahirkan rasa persaudaraan
universal di antara umat manusia. Abu Ju’la
dengan amat menarik mengemukakan, Semu makhluk adalah tanggungan Allah,
dan yang paling dicintainya adalah yang paling bermanfaat bagi sesama
tanggungannya”).
Selain itu, hadits Nabi tentang persaudaraan universal juga
menyatakan, “sayangilah orang yang ada di bumi maka akan sayang pula mereka
yang di lanit kepadamu”.Persaudaran universal adalah bentuk dari toleransi yang
diajarkan Islam. Persaudaraan ini menyebabkan terlindunginya hak-hak orang lain
dan diterimanya perbedaan dalam suatu masyarakat Islam. Dalam persaudaraan
universal juga terlibat konsep keadilan, perdamaian, dan kerja sama yang saling
menguntungkan serta menegasikan semua keburukan.
Fakta historis toleransi juga dapat ditunjukkan melalui
Piagam Madinah.Piagam ini adalah satu contoh mengenai prinsip kemerdekaan
beragama yang pernah dipraktikkan oleh Nabi Muhamad SAW di Madinah.Di antara
butir-butir yang menegaskan toleransi beragama adalah sikap saling menghormati
di antara agama yang ada dan tidak saling menyakiti serta saling melindungi
anggota yang terikat dalam Piagam Madinah.
Sikap melindungi dan saling tolong-menolong tanpa
mempersoalkan perbedaan keyakinan juga muncul dalam sejumlah Hadis dan praktik
Nabi.Bahkan sikap ini dianggap sebagai bagian yang melibatkan Tuhan. Sebagai
contoh, dalam sebuah hadis yang diriwayatkan
dalam Syu’ab al-Imam, karya seorang pemikir abad ke-11, al-Baihaqi,
dikatakan: “Siapa yang membongkar aib orang lain di dunia ini, maka Allah
(nanti) pasti akan membongkar aibnya di hari pembalasan”.
Di sini, saling tolong-menolong di antara sesama umat manusia
muncul dari pemahaman bahwa umat manusia adalah satu badan, dan kehilangan
sifat kemanusiaannya bila mereka menyakiti satu sama lain. Tolong-menolong,
sebagai bagian dari inti toleransi, menajdi prinsip yang sangat kuat di dalam
Islam.
Namun, prinsip yang mengakar paling kuat dalam pemikiran
Islam yang mendukung sebuah teologi toleransi adalah keyakinan kepada sebuah
agama fitrah, yang tertanam di dalam diri semua manusia, dan kebaikan manusia
merupakan konsekuensi alamiah dari prinsip ini. Dalam hal ini, al-Qur’an
menyatakan yang artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu ke arah agama menurut cara
(Alla); yang alamiah sesuai dengan pola pemberian (fitrah) Allah, atas dasar
mana Dia menciptakan manusia…”
Mufassir Baidhawi terhadap ayat di atas menegaskan bahwa
kalimat itu merujuk pada perjanjian yang disepakati Adam dan
keturunanya.Perjanjian ini dibuat dalam suatu keadaan, yang dianggap seluruh
kaum Muslim sebagai suatu yang sentral dalam sejarah moral umat manusia, karena
semua benih umat manusia berasal dari sulbi anak-anak Adam. Penegasan Baidhawi
sangat relevan jika dikaitkan dengan hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari, Nabi
ditanya: “Agama yang manakah yang paling dicintai Allah?’ Beliau menjawab
“agama asal mula yang toleran (al-hanîfiyyatus samhah).
Dilihat dari argumen-argumen di atas, menunjukkan bahwa baik
al-Qur’an maupun Sunnah Nabi secara otentik mengajarkan toleransi dalam artinya
yang penuh.Ini jelas berbeda dengan gagasan dan praktik toleransi yang ada di
barat.Toleransi di barat lahir karena perang-perang agama pada abad ke-17 telah
mengoyak-ngoyak rasa kemanusiaan sehingga nyaris harga manusia jatuh ke titik
nadir. Latar belakang itu menghasilkan kesepakatan-kesepakatan di bidang
Toleransi Antar-agama yang kemudian meluas ke aspek-aspek kesetaraan manusia di
depan hukum.
Lalu, apa itu as-samahah (toleransi)? Toleransi menurut Syekh
Salim bin Hilali memiliki karakteristik sebagai berikut, yaitu antara lain:
Kerelaan hati karena kemuliaan dan kedermawanan
Kelapangan dada karena kebersihan dan ketaqwaan
Kelemah lembutan karena kemudahan
Muka yang ceria karena kegembiraan
Rendah diri dihadapan kaum muslimin bukan karena kehinaan
Mudah dalam berhubungan sosial (mu'amalah) tanpa penipuan dan
kelalaian
Menggampangkan dalam berda'wah ke jalan Allah tanpa basa basi
Terikat dan tunduk kepada agama Allah Subhanahu wa Ta'ala
tanpa ada rasa keberatan.
Selanjutnya, menurut Salin al-Hilali karakteristik itu
merupakan Inti Islam, Seutama iman, dan Puncak tertinggi budi pekerti
(akhlaq).Dalam konteks ini Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, bersabda.
Artinya: “Sebaik-baik orang adalah yang memiliki hati yang mahmum dan lisan
yang jujur, ditanyakan: Apa hati yang mahmum itu? Jawabnya : 'Adalah hati yang
bertaqwa, bersih tidak ada dosa, tidak ada sikap melampui batas dan tidak ada
rasa dengki'. Ditanyakan: Siapa lagi (yang lebih baik) setelah itu?.Jawabnya :
'Orang-orang yang membenci dunia dan cinta akhirat'. Ditanyakan : Siapa lagi
setelah itu? Jawabnya : 'Seorang mukmin yang berbudi pekerti luhur."
Dasar-dasar al-Sunnah (Hadis Nabi) tersebut dikemukakan untuk
menegaskan bahwa toleransi dalam Islam itu sangat komprehensif dan
serba-meliputi.Baik lahir maupun batin. Toleransi, karena itu, tak akan tegak
jika tidak lahir dari hati, dari dalam. Ini berarti toleransi bukan saja
memerlukan kesediaan ruang untuk menerima perbedaan, tetapi juga memerlukan
pengorbanan material maupun spiritual, lahir maupun batin. Di sinilah, konsep
Islam tentang toleransi (as-samahah) menjadi dasar bagi umat Islam untuk
melakukan mu’amalah (hablum minan nas) yang ditopang oleh kaitan spiritual
kokoh (hablum minall nar).
2.5 Toleransi Dalam Praktik Sejarah Islam
Sejarah Islam adalah sejarah toleransi.Perkembangan Islam ke
wilayah-wilayah luar Jazirah Arabia yang begitu cepat menunjukkan bahwa Islam
dapat diterima sebagai rahmatal lil’alamin (pengayom semua manusia dan alam
semesta).Ekspansi-ekspansi Islam ke Siria, Mesir, Spanyol, Persia, Asia, dan ke
seluruh dunia dilakukan melalui jalan damai.Islam tidak memaksakan agama kepada
mereka (penduduk taklukan) sampai akhirnya mereka menemukan kebenaran Islam itu
sendiri melalui interaksi intensif dan dialog.Kondisi ini berjalan merata
hingga Islam mencapai wilayah yang sangat luas ke hampir seluruh dunia dengan
amat singkat dan fantastik.
Memang perlu diakui bahwa perluasan wilayah Islam itu sering
menimbulkan peperangan.Tapi peperangan itu dilakukan hanya sebagai pembelaan
sehingga Islam tak mengalami kekalahan.Peperangan itu bukan karena memaksakan
keyakinan kepada mereka tapi karena ekses-ekses politik sebagai konsekuensi
logis dari sebuah pendudukan.Pemaksaan keyakinan agama adalah dilarang dalam
Islam.Bahkan sekalipun Islam telah berkuasa, banyak agama lokal yang tetap
dibolehkan hidup.
Demikianlah, sikap toleransi Islam terhadap agama-agama dan
keyakinan-keyakinan lokal dalam sejarah kekuasaan Islam menunjukkan garis
kontinum antara prinsip Syari’ah dengan praktiknya di lapangan.Meski praktik
toleransi sering mengalami interupsi, namun secara doktrin tak ada dukungan
teks Syari’ah. Ini berarti kekerasan yang terjadi atas nama Islam bukanlah
otentisitas ajaran Islam itu sendiri. Bahkan bukti-bukti sejarah menunjukkan
bahwa pemerintah-pemerintah Muslim membiarkan, bekerjasama, dan memakai
orang-orang Kristen, Yahudi, Shabi’un, dan penyembah berhala dalam pemerintahan
mereka atau sebagai pegawai dalam pemerintahan.
Lebih lanjut kesaksian seorang Yahudi bernama Max I. Dimon
menyatakan bahwa “salah satu akibat dari toleransi Islam adalah bebasnya
orang-orang Yahudi berpindah dan mengambil manfaat dengan menempatkan diri
mereka di seluruh pelosok Empirium Islam yang amat besar itu. Lainnya ialah
bahwa mereka dapat mencari penghidupan dalam cara apapun yang mereka pilih,
karena tidak ada profesi yang dilarang bagi mereka, juga tak ada keahlian
khusus yang diserahkan kepada mereka”.
Pengakuan Max I. Dimon atas toleransi Islam pada orang-orang
Yahudi di Spanyol adalah pengakuan yang sangat tepat.Ia bahkan menyatakan bahwa
dalam peradaban Islam, masyarakat Islam membuka pintu masjid, dan kamar tidur
mereka, untuk pindah agama, pendidikan, maupun asimilasi. Orang-orang Yahudi,
kata Max I. Dimon selanjutnya, tidak pernah mengalami hal yang begitu bagus
sebelumnya.
Kutipan ini saya tegaskan karena ini dapat menjadi kesaksian
dari seorang non-Muslim tentang toleransi Islam.Dan toleransi ini secara
relatif terus dipraktikkan di dalam sejarah Islam di masa-masa sesudahnya oleh
orang-orang Muslim di kawasan lain, termasuk di Nusantara.Melalui para pedagang
Gujarat dan Arab, para raja di Nusantara Indonesia masuk Islam dan ini menjadi
cikal bakal tumbuhnya Islam di sini.
Selanjutnya, dalam sejarah penyebaran Islam di Nusantara, ia dilakukan
melalui perdagangan dan interaksi kawin-mawin. Ia tidak dilakukan melalui
kolonialisme atau penjajahan sehingga sikap penerimaan masyarakat Nusantara
sangat apresiatif dan dengan suka rela memeluk agama Islam. Sementara penduduk
lokal lain yang tetap pada keyakinan lamanya juga tidak dimusuhi. Di sini,
perlu dicatat bahwa model akulturasi dan enkulturasi budaya juga dilakukan demi
toleransi dengan budaya-budaya setempat sehingga tak menimbulkan konflik.Apa
yang dicontohkan para walisongo di Jawa, misalnya, merupakan contoh sahih
betapa penyebaran Islam dilakukan dengan pola-pola toleransi yang amat
mencengangkan bagi keagungan ajaran Islam.
Secara perlahan dan pasti, islamisasi di seluruh Nusantara
hampir mendekati sempurna yang dilakukan tanpa konflik sedikitpun.Hingga hari
ini kegairahan beragama Islam dengan segala gegap-gempitanya menandai
keberhasilan toleransi Islam. Ini membuktikan bahwa jika tak ada toleransi,
yakni sikap menghormati perbedaan budaya maka perkembangan Islam di Nusantara
tak akan sefantastik sekarang.
2.6 Toleransi Antar Sesama Muslim
Dalam firman Allah SWT QS. Al-Hujurat ayat 10 :
إِنَّمَاٱلۡمُؤۡمِنُونَإِخۡوَةٞفَأَصۡلِحُواْبَيۡنَأَخَوَيۡكُمۡۚوَٱتَّقُواْٱللَّهَلَعَلَّكُمۡتُرۡحَمُونَ١٠
“Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara.sebab itu
damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah
terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”
Dalam surat diatas Allah menyatakan bahwa orang-orang mu’min
bersaudara, dan memerintahkan untuk melakukan ishlah (perbaikan hubungan) jika
seandainya terjadi kesalahpahaman diantara 2 orang atau kelompok kaum muslim.
Dalam
mengembangkan sikap toleransi secara umum, dapat kita mulai terlebih dahulu
dengan bagaimana kemampuan kita mengelola dan mensikapi perbedaan (pendapat)
yang (mungkin) terjadi pada keluarga kita atau pada keluarga/saudara kita
sesama muslim. Sikap toleransi dimulai dengan cara membangun kebersamaan atau
keharmonisan dan menyadari adanya perbedaan. Dan menyadari pula bahwa kita
semua adalah bersaudara. Maka akan timbul rasa kasih sayang, saling pengertian
dan pada akhirnya akan bermuara pada sikap toleran. Dalam konteks pendapat dan
pengamalan agama, al-Qur’an secara tegas memerintahkan orang-orang mu’min untuk
kembali kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunnah).
2.7 Toleransi Antar Umat Beragama
Toleransi hendaknya dapat dimaknai sebagai suatu sikap untuk
dapat hidup bersama masyarakat penganut agama lain, dengan memiliki kebebasan
untuk menjalankan prinsip-prinsip keagamaan (ibadah) masing-masing, tanpa
adanya paksaan dan tekanan, baik untuk beribadah maupun tidak beribadah, dari
satu pihak ke pihak lain. Sikap toleransi antar umat beragama bisa dimulai dari
hidup bertetangga baik dengan tetangga yang seiman dengan kita atau tidak.
Sikap toleransi itu direfleksikan dengan cara saling menghormati, saling
memuliakan dan saling tolong-menolong. Jadi sudah jelas, bahwa sisi akidah atau
teologi bukanlah urusan manusia, melainkan Tuhan SWT dan tidak ada kompromi
serta sikap toleran di dalamnya.Sedangkan kita bermu’amalah dari sisi
kemanusiaan kita.
Allah juga menjelaskan tentang prinsip dimana setiap pemeluk
agama mempunyai system dan ajaran masing-masing sehingga tidak perlu saling
menghujat
Al-Qur’an juga menganjurkan agar mencari titik temu dan titik
singgung antar pemeluk agama. Al-Qur’an menganjurkan agar dalam interaksi
sosial, bila tidak ditemukan persamaan, hendaknya masing-masing mengakui
keberadaan pihak lain dan tidak perlu saling menyalahkan.
(QS. Saba:24-26):
۞قُلۡمَنيَرۡزُقُكُممِّنَٱلسَّمَٰوَٰتِوَٱلۡأَرۡضِۖقُلِٱللَّهُۖوَإِنَّآأَوۡإِيَّاكُمۡلَعَلَىٰهُدًىأَوۡفِيضَلَٰلٖمُّبِينٖ٢٤
24. Katakanlah:
"Siapakan yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?"
Katakanlah: "Allah", dan Sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang
musyrik), pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata.
قُللَّاتُسَۡٔلُونَعَمَّآأَجۡرَمۡنَاوَلَانُسَۡٔلُعَمَّاتَعۡمَلُونَ٢٥
25. Katakanlah:
"Kamu tidak akan ditanya (bertanggung jawab) tentang dosa yang kami
perbuat dan kami tidak akan ditanya (pula) tentang apa yang kamu perbuat".
قُلۡيَجۡمَعُبَيۡنَنَارَبُّنَاثُمَّيَفۡتَحُبَيۡنَنَابِٱلۡحَقِّوَهُوَٱلۡفَتَّاحُٱلۡعَلِيمُ٢٦
26.
Katakanlah: "Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, Kemudian dia
memberi Keputusan antara kita dengan benar. dan Dia-lah Maha pemberi Keputusan
lagi Maha Mengetahui".
2.8 Toleransi Umat Beragama di Indonesia
Gagasan ini muncul terutama dilatarbelakangi oleh
meruncingnya habungan antar umat beragama. Sebab munculnya ketegangan intern
umat beragama tersebut antara lain:
Sifat dari masing-masing agama, yang mengandung tugas dakwah
atau misi.
Kurangnya pengetahuan para pemeluk agama akan agamanya
sendiri dan agama pihak lain.
Para pemeluk agama tidak mampu menahan diri, sehingga kurang
menghormati bahkan memandang randah agama lain.
Kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama
dan toleransi dalam kehidupan masyarakat.
Kecurigaan
masing-masing akan kejujuran pihak lain, baik intern umat beragama,
antar umat beragama, maupun antara umat beragama dengan pemerintah.
Kurangnya saling pengertian dalam menghadapi masalah
perbedaan pendapat.
Pluralitas agama hanya akan bisa dicapai apabila
masing-masing golongan bersikap lapang dada satu sama lain. Sikap lapang dada
kehidupan beragama akan memiliki makna bagi kehidupan dan kemajuan masyarakat
plural, apabila ia diwujudkan dalam:
Sikap saling menahan diri terhadap ajaran, keyakinan dan
kebiasan golongan agama lain yang berbeda, yang mungkin berlawanan dengan
ajaran, keyakinan dan kebiasaan sendiri.
Sikap saling menghormati hak orang lain untuk menganut dengan
sungguh-sungguh ajaran agamanya.
Sikap saling mempercayai atas itikad baik golongan agama
lain.
Perbuatan yang diwujudkan dalam:
keterbelakangan bersama.
Usaha saling belajar dari keunggulan dan kelebihan pihak lain
sehingga terjadi saling tukar pengalaman untuk mencapai tujuan bersama.(Tarmizi
Taher, 1997:9).
Usaha untuk memahami ajaran dan keyakinan agama orang lain.
Usaha untuk mengemukakan keyakinan agama sendiri dengan
sebijaksana mungkin untuk tidak menyinggung keyakinan agama lain.
2.9 Manfaat Dan Contoh Toleransi Beragama
Ø Manfaat Dari Toleransi Beragama
v Menghindari
Perpecahan
Dengan belajar dan melakukan Toleransi Beragama maka
kita juga belajar bagaimana agar bangsa
besar kita ini indonesia dapat bertahan lama. Negara kita terbukti sangat peka
terhadap isu keagamaan oleh karena itu jika tidak bisa menjaga hubungan baik
antara agama.Bahaya besar telah menanti bangsa ini.
v Mempererat Hubungan
Dengan toleransi beragama tidak hanya dapat menghindarkan
kita dari sebuah perpecahan tapi juga dapat membuat kita lebih solid dalam
hubungan kemasyarakatan.Dapat juga bertukar pikiran (bukan berdebat tentang
agama yang lebih baik) agar dari hari kehari kehidupan ala multiagama di negara
ini menjadi sesuatu yang biasa dan tidak menjadi alasan terjadi pertikaian
anatara umat beragama.
v Mengokohkan Iman
Semua agama mangajarkan hal yang baik bagaimana mngatur hubungan dengan masyarakat yang
beragama lain. Wujud nyata tingkah laku toleransi akan menunjukkan perwujudan
iman keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.
Ø Contoh Toleransi
Beragama
v Saling Menghormati
Salah satu contoh toleransi dalam beragama ialah dengan
saling menghormati anatar umat beragama. Dengan cara jika ada yang sedang puasa
ya setidaknya kita jangan menganggi atau merusak puasanya. Jika ada yang sedang berdoa tetaplah menjaga ketenangan
saat umat lain beribadah.
v Tidak Mengganggu
Tidak mengganggu sudah cukup baik untuk mewujudkan toleransi
beragama di dalam masyarakat dengan cara jika ada upacara agama lain hendaklah
tidak melanggar aturan. Misalnya acaranya nyepi janganlah merusak dengan
menciptakan keributan tanpa peduli acara umat lain.
2.10 Silahturami Merupakan bentuk Dari Toleransi
Untuk terciptanya kehidupan yang rukun, damai dan sejahtera,
Islam tidak hanya mengajarkan umatnya untuk semata beribadah kepada Allah
SWT.Melainkan Islam justru sangat menekankan umatnya untuk membina dan menjalin
silaturahmi yang baik dengan tetangga dan lingkungannya.
Islam adalah agama yang universal artinya rahmatan lil
alamin. Umat Islam yang sangat menginginkan hidupnya mendapatkan ridha Allah
SWT selalu namanya berpegang dengan ajaran Islam, dimana hubungan secara
vertical kepada Allah senantiasa harus dibina tetapi karena manusia mahluk
social maka dia harus membina hidup bermasyarakat artinya berhubungan dengan
tetangga secara baik .
Islam sangat menjunjung tinggi silaturahmi dan cara
memuliakan tetangga. Hal ini tercantum didalam ayat suci Al-Quran dan hadist,
berikut dalilnya:
يَٰٓأَيُّهَاٱلنَّاسُإِنَّاخَلَقۡنَٰكُممِّنذَكَرٖوَأُنثَىٰوَجَعَلۡنَٰكُمۡشُعُوبٗاوَقَبَآئِلَلِتَعَارَفُوٓاْۚإِنَّأَكۡرَمَكُمۡعِندَٱللَّهِأَتۡقَىٰكُمۡۚإِنَّٱللَّهَعَلِيمٌخَبِيرٞ١٣
“Hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara
kamu.Sesungguhnya Allah maha mengetahui dan maha mendengar”. (QS Al-Hujurat:13)
Dari Abu Hurairah ra. Dia berkata: Rosulullah SAW bersabda:
Barang siapa senang diperluas rezekinya diperpanjang umurnya 1) hendaklah
bersilaturahmi. Riwayat Bukhari.
Dari ra dia berkata: Rosulullah SAW Bersabda: Apabila engkau
masak kuah, berilah air yang banyak dan perhatikan hak tetanggamu. Riwayat
Muslim.
Dari beberapa hadist diatas menandakan bahwasannya Rosulullah
SAW sangat memuliakan tetangga.Karena dengan kita memuliakan tetangga banyak
sekali manfaatnya.Selain itu aplikasi dalam kehidupannya, kebersamaan hidup
antara orang-orang Islam dengan non Islam sebenarnya telah dicontohkan oleh
Rosulullah ketika beliau dengan para sahabat mengawali hidup di Madinah setelah
hijrah. Dimana Rosulullah mengikat perjanjian penduduk Madinah yang terdiri
dari orang-orang kafir dan muslim untuk saling membantu dan menjaga keamanan
kota Madinah dari gangguan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
v Bangsa Indonesia
terdiri dari bermacam-macam suku yang mempunyai kebudayaan sendiri-sendiri,
pemeluk agama dan menganut kepercayaan yang berbeda-beda.
v Kita perlu membina
persatuan dan kesatuan dalam wadah Negara Kesatuan RI dengan semboyan Bhineka
Tunggal Ika.
v Masyarakat Indonesia
memeluk agama dan keyakinan yang berbeda-beda, akan tetapi semua agama
mengajarkan kepada setiap umatnya untuk saling menghormati, bekerja sama serta
sikap toleransi agar dapat terciptanya kerukunan hidup.
v Konsekuensi
toleransi hidup beragama adalah setiap pemeluk agama menganut kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan bersikap saling terbuka untuk bekerjasama dan
saling bantu dalam usaha-usaha pembangunan di segala bidang.
v Secara kodrati
manusia di samping mempunyai kekuatan, juga dilengkapi dengan
kelemahan-kelemahan, selain mempunyai kemampuan juga keterbatasan. Manusia
memiliki sifat yang baik dan sifat yang kurang baik. Demi kelangsungan dan
kesejahteraan hidupnya manusia perlu mendapat bantuan atau bekerjasama dengan
manusia lain dalam masyarakat, sebab itu manusia hanya akan mempunyai arti
apabila hidup bersama-sama dengan manusia lainnya di dalam masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi Motik P, Toleransi dan cara Bergaul, Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan,1997.Google.com
Poejawidjadna, Etika, Filsafat, Tingkah Laku,Toleransi. Bina
Aksara, Jakarta; 1982
Zagorin, Perez (2003). How the Idea of Religious Toleration
Came to the West. Princeton University
http://blog.unsri.ac.id/prima189/umum/sosiologi-agama-kerukunan-antar-umat-beragama-/mrdetail/14779
http://juliani-vj.blogspot.com/2011/11/makalah-toleransi-antar-umat-beragama.html
http://milakucaya.blogspot.com/p/toleransi-umat-beragama-dalam-islam.html
http://muhammadhasratul.blogspot.com/2012/06/sikap-toleransi-dalam-kehidupan.html
http://tommysyatriadi.blogspot.com/2013/02/manfaat-dan-contoh-toleransiberagma.html
Id.wikipedia.org/wiki/Toleransi.
okezone.com//Toleransi beragama
No comments:
Post a Comment