17 May 2019

MAKALAH TEORI-TEORI KOMUNIKASI

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Budaya memiliki ukuran yang tegas mengenai apa artinya sebagai seseorang dan individu menggolongkan dirinya sebagai seseorang sesuai dengan teori-teori diri yang dibentuk secara sosial. Realitas suatu budaya dicerminkan dalam bentuk ujaran yang dihasilkan oleh para anggotan budaya tersebut. Penjelasan yang diberikan oleh para anggota budaya atas perilaku mereka menjadi sangat penting dalam mengekspresikan dan menghasilkan kembali realitas kelompok. Realitas sosial dibentuk melalui proses komunikasi. Realitas sosial lebih sebagai suatu hal yang berkaitan dengan aturan-aturan. Aturan merupakan pemandu untuk memahami peristiwa dan menanggapinya. Orang berbicara dan bertindak untuk mencapai tujuan dan pencapaian ini dipandu oleh aturan-aturan yang ada dalam masyarakat. Meskipun demikian, situasi sosial acapkali bersifat kompleks dan mungkin terdapat banyak makna dan tindakan yang dapat diasosiasikan dengan suatu peristiwa. Sedangkan orang berkomunikasi untuk mengartikan kejadian-kejadian yang ditangkap oleh inderanya dan membagikan pengertian tersebut kepada orang lain malalui gaya dan bahasanya sendiri. Oleh karenanya, salah satu persoalan penting komunikasi adalah untuk menjalin atau mengkoordinasikan aturan-aturan dengan individu-individu lainnya dalam berbagai situasi.
B. Permasalahan
Permasalahan yang dapat kami ambil dari latar belakang diatas yaitu, bagaimana realitas sosial, budaya, dapat dibentuk melalui proses komunikasi, menanamkan konsep tentang realita melalui pemikiran-pemikiran tokoh sosiologi, serta menjelaskan pendekatan-pendekatan teori-teori realiatas, budaya, dan komunikasi.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu memenuhi salah satu tugas kuliah pancasila dan kewarga negaraan serta untuk menambah wawasan dan memperluas ilmu pengetahuan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Realitas sosial, budaya, dan komunikasi
Budaya memiliki ukuran yang tegas mengenai apa artinya sebagai seseorang dan individu menggolongkan dirinya sebagai seseorang sesuai dengan teori-teori diri yang dibentuk secara sosial. Realitas suatu budaya dicerminkan dalam bentuk ujaran yang dihasilkan oleh para anggotan budaya tersebut. Penjelasan yang diberikan oleh para anggota budaya atas perilaku mereka menjadi sangat penting dalam mengekspresikan dan menghasilkan kembali realitas kelompok. Realitas sosial dibentuk melalui proses komunikasi. Realitas sosial lebih sebagai suatu hal yang berkaitan dengan aturan-aturan. Aturan merupakan pemandu untuk memahami peristiwa dan menanggapinya. Orang berbicara dan bertindak untuk mencapai tujuan dan pencapaian ini dipandu oleh aturan-aturan yang ada dalam masyarakat. Meskipun demikian, situasi sosial acapkali bersifat kompleks dan mungkin terdapat banyak makna dan tindakan yang dapat diasosiasikan dengan suatu peristiwa. Sedangkan orang berkomunikasi untuk mengartikan kejadian-kejadian yang ditangkap oleh inderanya dan membagikan pengertian tersebut kepada orang lain malalui gaya dan bahasanya sendiri.
B. Komunikasi dan konstruksi sosial realita
Pengertian dan pemahaman kita, pada dasarnya, timbul dari komunikasi kita dengan orang lain. Konsep tentang realitas semacam ini tertanam kuat dalam pemikiran-pemikiran sosiologi. Beberapa tokoh utamanya adalah peter berger dan thomas luckmann yang menulis buku “the social construction of reality”. Dengan dukungan dari aliran interaksi simbolis dan landasan yang dibuat oleh schutz, berger, dan luckmann, pendekatan konstruksi sosial realitas telah menjadi gagasan penting dan populer dalam ilmu sosial. Menurut kenneth gergen, gerakan ini memusatkan perhatiannya pada proses dimana para individu menanggapi kejadian di sekitarnya berdasarkan pengalaman mereka. Ada empat asumsi yang mendasari pemikiran tersebut, antara lain:
1) Suatu kejadian (realitas) tidak hadir dengan sendirinya secara objektif, tetapi diketahui atau dipahami melalui pengalaman yang dipengaruhi oleh bahasa
2) Realitas dipahami melalui kategori-kategori bahasa secara situasional yang tumbuh dari interaksi sosial di dalam suatu kelompok pada saat dan tempat tertentu
3) Bagaimana suatu realitas dapat dipahami, ditentukan oleh konvensi-konvensi komunikasi yang dilakukan pada saat itu. Oleh karenanya, stabil tidaknya pengetahuan lebih tergantung pada variasi kehidupan sosial daripada realitas objektif di luar pengalaman
4) Pemahaman-pemahaman terhadap realitas yang tersusun secara sosial membentuk banyak aspek-aspek penting lain dari kehidupan. Bagaimana kita berpikir dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari pada dasarnya merupakan persoalan bagaimana kita memahami realitas kita.
Diantara berbagai aspek terpenting dari kehidupan sosial adalah definisi mengenai diri (self) yang terkait dengan orang lain. Ada dua teori yang menekankan pada peraan komunikasi dalam “self-definition”
1) Eksistensi sosial dan personal
rom harre mengembangkan teori mengenai diri (self). Dia dan paul secord memperkenalkan “ethogeny”, yaitu studi tentang bagaimana seseorang memahami tindakan mereka di suatu peristiwa (episode) tertentu. Sebuah episode adalah suatu rangkaian tindakan yang dapat diperkirakan dan semua pihak yang terlibat mengartikannya sebagai suatu peristiwa yang ada permulaan dan ada akhirnya. Jamuan makan malam, argumentasi, upacara wisuda, negosiasi merupakan contoh dari episode.
kelompok sosial atau komunitas, melalui interaksi membentuk teori-teori untuk menjelaskan pengalaman tentang realitas. Suatu teori kelompok memberikan penjelasan tentang pengalaman yang mencakup suatu skenario mengenai apa konsekuensi logis dari tindakan tertentu dalam sebuah episode. Harre menyebutnya sebagai “structured template” yaitu proses tindakan yang diantisipasi dalam episode. Sebagai contoh, sepasang remaja yang sedang jatuh cinta. Mereka akan memiliki teori mengenai definisi cinta itu dan bagaimana seharusnya tindakan yang dilakukan oleh mereka yang saling mencintai. Teori tersebut akan menjadi eksplisit jika mereka diminta untuk menggambarkan, menjelaskan, atau mengartikan tindakan-tindakan mereka.
makna yang melekat pada berbagai peristiwa dalam satu episode akan memunculkan aturan-aturan yang mengarahkan tindakan-tindakan partisipan dalam episode tersebut.
2) Pertanggungjawaban sosial (social accountability)
john shotter menyajikan suatu teori dengan memperluas pemikiran dengan bahasan baru, yaitu tanggung jawab dan moralitas. Shotter yakin bahwa pengalaman manusia tidak dapat dipisahkan dari komunikasi. Komunikasi yang kita lakukan sekaligus merelfeksikan dan membentuk pengalaman kita mengenai realitas. Singkatnya pengertian dan pengalaman kita tentang realitas terbentuk berdasarkan cara-cara kita berbicara dalam usaha untuk menjelaskannya.
hubungan antara komunikasi (berbicara dan memberi penjelasan) dan pengalaman membentuk suatu putaran (loop). Komunikasi menentukan bagaimana realitas dipahami (dialami) dan pengalaman (pemahaman terhadap realitas) mempengaruhi komunikasi.
C. Pendekatan ‘rules’ dalam studi komunikasi
Agar komunikasi dapat berlangsung, individu-individu yang berinteraksi harus menggunakan aturan dalam menggunakan lambang-lambang. Bukan hanya aturan mengenai lambang itu sendiri, tetapi mereka juga harus sepakat dalam hal giliran berbicara, bagaimana bersikap sopan, bagaimana harus menyapa, dsb. Jika setiap individu menggunakan lambang secara acak, maka yang terjadi adalah suasana kacau dan bukan komunikasi.
Rules merupakan suatu mekanisme dimana perilaku sosial disorganisasi. Struktur dari interaksi hanya dapat dipahami melalui aturan-aturan (rules) yang mengaturnya. Rules mempengaruhi pilihan yang ada pada situasi tertentu dan karena sifatnya yang kontekstual, rules menjelaskan mengapa orang berperilaku sama dalam situasi serupa dan berperilaku lain pada situasi berbeda.
Beberapa pendekatan ‘rules’ dikemukakan oleh barnett pearce sebagai berikut: pendekatan ‘rule-following’; pendekatan ‘rule-governed’; dan pendekatan ‘rule-using’. Pendekatan ‘rule-following’, disini rule dipandang sebagai pengatur perilaku dimana pola-pola pengulangan terjadi sebagai suatu aturan. Perace menyebutnya sebagai hukum-hukum yang lunak karena diterapkan dalam bentuk pernyataan mengenai apa yang diharapkan terjadi dalam suatu situasi tertentu. Pendekatan ini hanya bertujuan untuk menyusun berbagai perkiraan perilaku.
D. Teori-teori komunikasi tentang bahasa dan budaya
Secara umum studi mengenai bahasa dan budaya dikenal dengan sebutan sociolinguistics. Yang merupakan suatu pengertian yang sangat luas yang mencakup studi tentang bahasa yang menggunakan data sosial ataupun sebaliknya yaitu studi tentang kehidupan sosial yang menggunakan bahasa sebagai salah satu data.
ada dua konstribusi teoretis dalam pembahasan bahasa dan budaya yaitu :
1). Relativitas linguistik (relativitas bahasa)
Edward sapir dan benjamin lee whorf membuat hipotesis mengenai teori relativitas bahasa. Sapir mengungkapkan bahwa “struktur bahasa suatu budaya menentukan perilaku dan pola pikir dalam budaya tersebut“ artinya bahwa suatu kebudayaan yang berkembang di masyarakat tidak mungkin bisa terlepas dari bahasa yang digunakan dalam masyarakat yang berada di lingkungan tersebut karena bahasa digunakan sebagai sarana dalam berlangsunya interaksi budaya.
2). Etnografi komunikasi
Etnografi adalah studi budaya dimana pengamat (etnografer) dari luar budaya tersebut berusaha untuk mengartikan perilaku kelompok yang dipelajari. Hal ini dilakukan agar orang dari berbagai budaya saling memahami satu dengan lainnya.
Dalam hal ini yang dijelaskan oleh etnografer tidak hanya penjabaran tentang perilaku dari suatu kelompok melainkan penyusunan suatu model interpretasi yang memungkinkan seseorang dapat memahami perilaku tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Realitas adalah suatu konstruksi sosial. Budaya memiliki ukuran yang tegas mengenai apa artinya sebagai seseorang dan individu menggolongkan dirinya sebagai seseorang sesuai dengan teori-teori diri yang dibentuk secara sosial. Realitas suatu budaya dicerminkan dalam bentuk ujaran yang dihasilkan oleh para anggota budaya tsb.
Di antara berbagai aspek terpenting dari kehidupan sosial adalah definisi mengenai diri (self) yang terkait dengan orang lain. Dua teori yang menekankan pada peranan komunikasi dalam definisi diri adalah: eksistensi sosial dan personal, dan pertanggunjawaban sosial (social accountability).
Budaya ditentukan oleh pengungkapan makna melalui bahasa. Bahasa yang terus berkembang melalui interaksi dalam suatu budaya memiliki: kekuatan yang besar terhadap realitas dari budaya tersebut. Selanjutnya budaya kaya akan bentuk-bentuk ujaran yang terdiri dari idealisme, cara-cara, dan jenis-jenis ujaran yang digunakan di dalam budaya tersebut. Bentuk-bentuk ujran ini mencerminkan dan mereproduksi realitas dari budaya tersebut.
Pernagkat-perangkat budaya tidak menentukan struktur bahasa, tetapi perangkat-perangkat budaya tersebut jelas mempengaruhi bagaimana bahasa digunakan dan mungkin menentukan mengapa butiran-butiran budaya tersebut merupakan cara berbahasa.
2014

No comments:

Post a Comment

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo Melakukan Sidak Ruang Isolasi Pemudik di Kabupaten Kendal

NAMA   : M Fajri Sobah  NIM       : 1404016069 Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo Melakukan Sidak Ruang Isolasi Pemudik di Kabupa...